“Dengan skenario net zero emission pada 2050, International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan tembaga akan naik 1,5 kali lipat, nikel dan kobalt 2 kali lipat, dan litium sampai 6 kali lipat pada 2030. Ini bisa mendorong kenaikan harga secara substansial dan berdampak terhadap negara-negara produsen."
“Sebagai contoh, Chile dan Peru adalah produsen lebih dari sepertiga tembaga dunia. Sedangkan Indonesia dan Filipina menguasai sekitar separuh pasokan nikel,” jelas laporan IMF.
Menurut skenario IMF, harga 4 logam utama untuk transisi ke energi bersih (tembaga, nikel, kobalt, litium) bisa naik sampai rata-rata 90% hingga 2030. Bahkan jika kemudian Rusia dan China tidak bisa mengimpor 4 logam tersebut, harga bisa meroket hingga rata-rata 300%.
Kedua, IMF memperkirakan arah kebijakan fiskal. IMF berpandangan kebijakan fiskal Indonesia tetap dalam posisi (stance) netral.
“Proyeksi IMF didasari atas stance kebijakan fiskal yang netral ke depan, diiringi dengan kebijakan perpajakan yang moderat dan reformasi administrasi.
“Realisasi penyerapan anggaran dan belanja modal akan meningkat secara moderat, seiring dengan kapasitas ruang fiskal,” papar laporan IMF.
Ketiga, IMF menilai arah kebijakan moneter Indonesia. IMF berpandangan kebijakan moneter masih sejalan dengan upaya pengendalian inflasi sesuai target Bank Indonesia (BI).
ADB
ADB memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di level 5% pada 2023 dan 2024. Hal ini dipicu permintaan domestik menjelang pemilihan umum (Pemilu) dan percepatan proyek infrastruktur.
“Jadi ini adalah 5% dari semua hal yang terjadi, dan kami juga memproyeksikan pertumbuhan akan berlanjut di angka 5%,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga pada Media Briefing di Jakarta, Kamis (14/12/13).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi ini dilatarbelakangi oleh ekonomi makro yang cukup kuat, baik secara fiskal maupun moneter, serta adanya manajemen keuangan yang baik.
Hal ini juga didukung oleh peran permintaan domestik yang cukup solid dalam mendorong pertumbuhan tersebut.
“Jadi ini didukung oleh ekonomi makro yang kuat dalam banyak hal, sisi fiskal dan juga manajemen yang baik,” jelasnya.
Terkait komponen pertumbuhan ekonomi lain, Jiro menilai konsumsi domestik akan tetap kuat. Hal ini didukung oleh inflasi yang rendah, fundamental rumah tangga yang stabil, dan belanja pemerintah dan partai politik menjelang momentum Pemilu 2024.
ADB juga memprediksi investasi akan terus meningkat seiring dengan percepatan proyek-proyek infrastruktur di bawah PSN dan Ibu Kota Baru Nusantara (IKN).
Dalam paparannya, ADB juga menilai besaran pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum cukup untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi pada 2045. Ia menjelaskan perekonomian Indonesia perlu tumbuh di atas 5% untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Indonesia memiliki aspirasi untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 dengan tingkat pertumbuhan 6% per tahun. Jadi, tingkat pertumbuhan yang saat ini sebesar 5% harus ditingkatkan lebih tinggi lagi,” paparnya.
Bank Dunia
Dalam laporan bertajuk East Asia and The Pacific Economic Update edisi Oktober 2023, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomI Indonesia pada 2024 hanya sebesar 4,9%. Ini lebih rendah bila dibanding perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5%.
Bank Dunia melihat potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 dibanding tahun lalu. Bank Dunia menyebut, salah satu hal yang perlu dikhawatirkan Indonesia adalah perlambatan ekonomi China, sehubungan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di Negeri Tirai Bambu itu.
Saat ini, salah satu masalah yang tengah dihadapi China adalah pelemahan investasi bangunan. Sebagai mitra ekonomi Indonesia, kelesuan ekonomi China lesu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024.
Hitungan Bank Dunia, akan ada pengurangan hampir 0,1 persen poin terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia bila ekonomi China melemah pada tahun depan.
OECD
The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lebih optimistis dengan prospek ekonomi Indonesia di 2024. Lembaga internasional ini memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% pada 2024, atau lebih tinggi dibanding perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 yang sebesar 4,9%.
Hal ini seiring dengan tingkat inflasi yang melandai di Indonesia, sehingga menjadi daya dukung bagi pertumbuhan permintaan dalam negeri.
(lav)