Logo Bloomberg Technoz

Berikut adalah ‘klasemen’ mata uang utama Asia sepanjang 2023, di mana rupiah berada di posisi kedua setelah dolar Singapura:

Mata Uang

Perubahan (%)

SGD/USD

1,66

IDR/USD

1,12

PHP/USD

0,56

THB/USD

0,55

TWD/USD

0,15

HKD/USD

-0,07

INR/USD

-0,54

KRW/USD

-2

CNY/USD

-2,91

MYR/USD

-4,32

JPY/USD

-7,9

Sumber: Bloomberg

Penguatan nilai tukar rupiah ditopang arus modal masuk oleh investor asing, terutama di pasar obligasi pemerintah. Sepanjang 2023 hingga 28 Desember, investor asing melakukan beli bersih (net buy) Rp 80,45 triliun di pasar Surat Berharga Negara.

Sementara di instrumen baru Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), investor asing membukukan net buy Rp 52,81 triliun. Net buy di pasar SBN dan SRBI ini mampu menutup jual bersih (net sell) Rp 10,74 triliun di pasar saham.

Perjalanan Rupiah

USD/IDR (Sumber: Bloomberg)

Perjalanan rupiah tahun ini bak wahana roller coaster. Pada awal tahun, rupiah sempat menguat tajam. Sampai puncaknya pada Mei, rupiah berada di kisaran Rp 14.600/US$, terkuat sejak pertengahan 2022.

Namun selepas itu, rupiah cenderung melemah. Pada Oktober, rupiah menyentuh kisaran Rp 15.900/US$, sesuatu yang belum pernah terlihat sejak Maret 2020, kala pandemi Covid-19 mengganas.

Maklum, saat itu sitasi memang sedang genting. Fenomena El Nino dan perang di Jalur Gaza membuat harga pangan dan energi melonjak. Akibatnya, inflasi masih terus ‘membandel’ dan berada di level tinggi sehingga bank sentral memilih untuk terus mengerek suku bunga acuan.

Akibatnya, mata uang negara-negara berkembang mengalami tren pelemahan. Dolar AS terlalu perkasa, ditopang oleh kenaikan suku bunga acuan.

Pada Oktober, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) sempat menyentuh 107. Sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 2007.

Setelah Oktober, situasi mulai kondusif. Dipertegas dengan keputusan bank sentral AS (Federal Reserve) yang menahan suku bunga acuan dalam rapat edisi Desember. Bahkan Ketua Jerome Powell memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga acuan pada 2024 bukan sesuatu yang mustahil. 

Dalam konferensi pers usai rapat Powell mengungkapkan bahwa para pejabat The Fed mulai mendiskusikan kapan waktu yang tepat untuk mulai menurunkan suku bunga acuan. “Itu (menurunkan suku bunga acuan) mulai terlihat dan menjadi topik diskusi dalam rapat kami hari ini,” ujar Powell, sebagaimana diwartakan oleh Bloomberg News.

Perkembangan ini jadi sentimen positif bagi mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. Hasilnya, rupiah pun mampu menutup 2023 dengan apresiasi.

(aji)

No more pages