Salah satu faktor penyebab inflasi yang terkendali adalah nilai tukar rupiah. Sepanjang tahun ini, kinerja rupiah cukup baik meski sempat ada guncangan yang membuat mata uang Tanah Air melemah tajam pada Oktober lalu.
Sepanjang 2023, rupiah membukukan penguatan 1,12% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Tidak banyak mata uang Asia yang mampu menguat terhadap greenback.
Ringgit Malaysia melemah 4,32%. Sementara yen Jepang anjlok 7,9%, won Korea Selatan terdepresiasi 2%, dolar Hong Kong melemah 0,07%, yuan China terpangkas 2,91%, dan rupee India minus 0,54%.
Ini membuat inflasi akibat barang impor (imported inflation) di Indonesia relatif terkendali.
"Dengan perkembangan nilai tukar rupiah yang stabil bahkan menguat, probabilitas inflasi dalam sasaran itu makin besar. Tekanan imported inflation bisa kita mitigasi. Kami akan terus memastikan nilai tukar terus menguat dan stabil dan dengan cara itu tekanan inflasi bisa kita mitigasi," terang Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Desember, pekan lalu.
Sementara untuk inflasi bulanan (month-to-month/mtm), konsensus Bloomberg menghasilkan median proyeksi 0,5%. Lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,38%.
Lalu untuk inflasi inti tahunan, proyeksinya ada di 1,86% untuk Desember. Relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,87%.
Harga Sembako Masih Mahal
Namun meski inflasi secara umum terkendali, tetapi Indonesia masih punya pekerjaan rumah yang besar. Inflasi bahan makanan masih tinggi.
BPS mencatat inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau per November ada di 6,71% yoy. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 5,41% yoy.
Ya, harga sejumlah sembako memang masih tinggi. Mengutip data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga rata-rata bawang putih pada Desember adalah Rp 36.440/kg. Melonjak 41,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kemudian harga cabai merah keriting pada Desember tercatat Rp 64.990/kg. Meroket 81,79% dalam setahun terakhir.
Lalu harga cabai rawit merah pada Desember ada di Rp 84.920/kg. Dalam setahun, harga naik 75,16%.
Aida S Budiman, Deputi Gubernur BI, mengungkapkan inflasi pangan memang masih menjadi tantangan. Penyebab utamanya adalah fenomena El Nino. Sifat El Nino kali ini memang lebih moderat, tetapi berlangsung lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan El Nino masih akan terjadi hingga April 2024. Peluang terjadinya La Nina (kebalikan dari El Nino) hampir 0.
“Ada penundaan musim tanam, terutama untuk cabai dan beras,” kata Aida.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras, tambah Aida, pemerintah sudah melakukan impor. Ada 3 juta ton dan akan masuk 2,5 juta ton. Ini membuat harga beras sudah mulai terjaga.
"Kalau cabai, baru panen Januari sampai Mei. Nanti setelah itu harga baru turun,” ungkapnya.
(aji)