Pada sore hari ini, sejumlah indeks saham utama Asia justru menapaki jalur hijau. Shenzhen Comp. (China) memimpin penguatan dengan kenaikan mencapai 1,13%, Straits Time (Singapura) menguat 0,8%, Shanghai Composite (China) terbang 0,68%, Topix (Jepang) menghijau 0,19%, Weighted Index (Taiwan) meningkat 0,11%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) yang naik 0,09%, dan Hang Seng (Hong Kong) menguat 0,02%.
Berseberangan dengan tren positif tersebut, PSEI (Filipina) melemah paling dalam mencapai 1,06%, menyusul IHSG (Indonesia) yang turun 0,43%, Nikkei 225 (Tokyo) yang drop 0,22%, dan KLCI (Malaysia) terdepresiasi 0,19%.
Bursa saham Asia terpapar gerak mixed yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street finis di zona yang bervariasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,14% dan juga S&P 500 yang naik 0,04%. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 0,03%.
Kenaikan dan reli pasar saham, termasuk IHSG yang pesat belakangan ini memicu kekhawatiran tentang potensi terjadinya koreksi, dengan beberapa analis percaya para trader terlalu optimis terhadap perubahan dovish The Fed.
"Pasar menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan jelas perlu konsolidasi," kata Quincy Krosby, Chief Global Strategist LPL Financial, pada Kamis, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, ekspektasi investor yang semakin besar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) akan mulai memangkas suku bunga acuan paling cepat bulan Maret 2024 mendorong kenaikan harga saham-saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.
“Namun kenaikan tipis semalam telah menimbulkan kekhawatiran bahwa indeks saham sudah berada di kondisi jenuh beli (Overbought) akibat ekspektasi investor yang berlebihan terhadap penurunan suku bunga,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Hal senada juga diutarakan oleh Jay Hatfield, Portfolio Manager di InfraCap yang menyebut indeks saham sudah terbentur resisten.
“Ini kemudian menciptakan sell-off (aksi jual massal), yang sepertinya masuk akal,” kata dia belum lama ini.
(fad)