Insentif itu, kata dia, dapat berupa nonfiskal hingga insentif fiskal, sesuai dengan keinginan dan permintaan perusahaan.
"Insentif mah banyak nanti kekurangannya bisa diusulkan, harus ditemukan oleh industri apa yang diperlukan nanti. Misal insentif fiskal ke Kementerian Keuangan atau insentif nonfiskal ke Kementerian ESDM dan kementerian lain."
Insentif ESDM
Adapun, ESDM sendiri sebelumnya telah mengisyaratkan rencana pemberian tiga insentif baru untuk menyegarkan investasi di bidang penghiliran batu bara di dalam negeri.
Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Suswantono mengatakan, di tengah kenaikan produksi batu bara nasional, pemerintah mengupayakan percepatan penghiliran sektor tersebut sebagai salah satu jalan untuk mencapai misi Indonesia Emas pada 2045.
Dengan demikian, lanjutnya, produksi batu bara nasional diharapkan dapat lebih bernilai tambah baik melalui proses gasifikasi menjadi dimethyl ether (DME), metanol, gas sintetik, maupun diolah menjadi hidrogen dan amonia.
“Saat ini beberapa industri hilir batu bara telah selesai dibangun, yaitu pembuatan briket, kokas, dan upgrading batu bara,” ujarnya melalui pernyataan resmi kementerian, medio September lalu.
Untuk memacu lebih banyak produk derivatif batu bara, Bambang menyebut pemerintah menyiapkan tiga insentif bagi perusahaan tambang komoditas fosil tersebut yang berkomitmen melakukan penghiliran.
Pertama, insentif pengurangan tarif royalti batu bara hingga 0% khusus untuk proyek-proyek gasifikasi batu bara.
Kedua, insentif pengaturan harga batu bara khusus untuk meningkatkan nilai tambah atau proses gasifikasi yang dilaksanakan di mulut tambang.
“Ketiga adalah masa berlaku izin usaha pertambangan [IUP] batu bara yang dikhususkan pada batu bara untuk gasifikasi, yang bakal diberikan sesuai dengan umur ekonomis industri gasifikasi batu bara," ujar Bambang.
Sulit Cari Pengganti APCI
Dalam kesempatan terpisah, PTBA sendiri mengakui hingga kini perseroan masih sulit mencari investor DME batu bara, sebagai pengganti Air Products & Chemical Inc (APCI) – perusahaan Amerika Serikat (AS) yang hengkang dari proyek kebanggaan Presiden Joko Widodo itu awal tahun ini.
Bahkan, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail membuka opsi penghiliran batu bara selain gasifikasi pun terpaksa harus dijelajahi. Dalam kaitan itu, PTBA melirik peluang untuk mengolah batu bara menjadi mono ethylene glycol (MEG) hingga anoda grafit.
"Kemarin kan investornya [APCI] mengundurkan diri. [...] Ini semuanya lagi berproses melakukan kajian. Jadi hilirisasi [batu bara] tetap kita jalanin supaya bisa memberikan nilai tambah," ujar Arsal saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senin (27/11/2023).
"Makanya, kami fokusnya enggak hanya ke DME. Nanti kita kaji semua [opsi], mana yang paling memungkinkan untuk direalisasikan dengan segera."
(ibn/wdh)