Sejatinya, dalam perdagangan hari ini rupiah cenderung tertekan di pembukaan pasar. Rupiah bahkan sempat terperosok ke level Rp15.453/US$. Namun, pada sesi kedua perdagangan di pasar spot, rupiah berhasil bangkit dan akhirnya ditutup lebih perkasa di Rp15.399/US$.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) tidak berhasil mengekor pergerakan di pasar spot dengan pelemahan 0,19% dan ditutup di Rp15.439/US$. Dengan demikian, kurs JISDOR sepanjang 2023 ini hanya membukukan penguatan 0,98% dibanding level penutupan tahun 2022.
Menutup tahun yang berat
Penguatan rupiah di hari terakhir perdagangan di pasar spot ini menjadi akhir yang manis menutup tahun yang berat.
Periode 2023 menjadi tahun yang sangat berat bagi terimbas tekanan ketidakpastian global terutama dari kebijakan bunga bank sentral negara maju yang membuat rupiah sempat menembus Rp16.000/US$, level terlemah sejak rekor terendah pecah ketika pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
Memasuki 2024, para pembuat kebijakan sektor keuangan cenderung lebih optimistis tekanan ketidakpastian global sudah relatif berakhir dengan perubahan narasi terkini di mana langkah berikut The Fed adalah penurunan bunga. Ini juga memberikan kelegaan bagi otoritas moneter dan bisa mengurangi tekanan pada nilai tukar yang menjadi lawan dolar AS, termasuk rupiah.
Modal asing mulai masuk kembali ke pasar domestik di mana selama kuartal IV-2023 hingga 19 Desember lalu mencapai US$5,1 miliar dan posisi cadangan devisa merangkak naik lagi ke US$138,1 miliar pada akhir November.
Sepanjang 2023 ini, berdasarkan data setelmen sampai dengan 28 Desember, pemodal asing mencatat nilai pembelian bersih sebesar Rp80,45 triliun di pasar SBN dan posisi beli neto Rp52,81 triliun di Sertifikat Rupiah (SRBI). Sedangkan di pasar saham, asing masih mencatat posisi jual bersih sebesar Rp10,74 triliun pada periode yang sama.
(rui/wdh)