Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sebanyak 79 perusahaan melakukan initial public offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2023. Ini merupakan rekor terbanyak sejak 1990.

Namun, rekor BEI itu bukan tanpa catatan. Mayoritas harga saham pendatang baru itu kini 'nyangkut' berada di bawah harga IPO.

Dari 79 saham pendatang baru, 51 di antaranya memberikan return negatif. Dengan kata lain, 64% saham IPO sepanjang tahun ini membuat investor 'nyangkut'.

Hanya 28 saham yang memberikan return positif, bahkan sampai ada yang mencapai ribuan persen. Meski begitu, kenaikan ini bukan tanpa catatan, karena pelaku pasar menilai kenaikan ini di luar fundamental yang semestinya.

Infografis 10 Saham IPO Paling 'Cuan' (Asfahan/Bloomberg Technoz)

Tanggapan BEI Soal IPO 'Nyangkut'

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengungkapkan, terkait saham-saham yang harganya turun dibandingkan saat listing merupakan mekanisme pasar. 

“Harga itu supply dan demand. Ketika IPO, bursa tidak ikut campur terhadap penentuan harga. Kami menjaga trading bahwa ini wajar atau tidak. Waktu IPO kami lihat kelayakan perusahaan, sementara harganya sesuai supply demand mekanisme pasar,” kata Iman Rachman saat ditemui, Jumat (29/12/2023).

Ke depan, kata Iman, BEI akan memantau para investor dan perusahaan yang akan melantai di BEI.

“Kami akan lihat, jadi orang-orang daftar, investor akan kami lihat, kami jaga,” tutur Iman Rachman. 

Berdasarkan data BEI, jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah melampaui angka 900 pada 8 November 2023. Hingga saat ini terdapat 903 perusahaan tercatat saham. Berdasarkan laporan EY Global IPO Trends 2023, BEI menduduki peringkat ke-6 dari segi jumlah Initial Public Offering (IPO), serta peringkat ke-9 dari segi total fund-raised di antara bursa-bursa global.

(mfd/dhf)

No more pages