Rekap Bursa AS, Kesalahan Strategi Wall Street di 2023
News
29 December 2023 14:20
Alexandra Semenova, Sagarika Jaisinghani, Liz Capo McCormick dan Selcuk Gokoluk - Bloomberg News
Bloomberg, Kesuraman menyelimuti Wall Street, dari meja saham hingga meja obligasi, baik di firma raksasa maupun butik kecil. Saat itu adalah akhir tahun 2022 dan semua orang, seakan-akan, sibuk menyusun strategi menghadapi resesi yang mereka yakini akan datang.
Di Morgan Stanley, Mike Wilson, analis saham bearish yang sedang bersinar, memprediksi indeks S&P 500 akan terjun bebas. Tak jauh dari sana, di Bank of America, Meghan Swiber dan koleganya memperingatkan klien untuk bersiap menghadapi penurunan tajam imbal hasil obligasi Treasury (surat utang pemerintah AS). Dan di Goldman Sachs, ahli strategi seperti Kamakshya Trivedi menggembar-gemborkan aset China karena ekonomi di sana akhirnya pulih dari kebijakan lockdown akibat Covid-19.
Jika disatukan, ketiga prediksi ini — jual saham AS, beli obligasi Treasury, beli saham China — membentuk konsensus di Wall Street.
Dan, sekali lagi, konsensus itu salah besar. Apa yang diprediksi naik malah turun atau stagnan, dan apa yang diprediksi turun malah naik — dan terus naik. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 20% dan Nasdaq 100 meroket lebih dari 50%, kenaikan tahunan terbesar sejak era booming dot-com.