Afiliasi GNI
Menyadur pernyataan dalam laman resmi perusahaan, GNI merupakan perusahaan pengolahan dan pemurnian atau smelter bijih nikel yang berdiri sejak 2019.
Perusahaan ini dimiliki oleh seorang pengusaha asal China, Tony Zhou Yuan. Selain itu, perusahaan ini juga terafiliasi dengan perusahaan baja ternama asal China, yakni Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd yang dimiliki oleh Dai Guofang.
Peresmian PT GNI dilakukan pada 2021 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan nilai investasi sekitar US$2,7 miliar atau hampir Rp42 triliun (kurs saat ini). Adanya proyek ini juga sejalan dengan ambisi program penghiliran nikel yang digaungkan pemerintah pada saat itu.
Tak pelak, proyek ini juga masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021, yang tergabung dalam proyek bersama PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI).
Operasi PT GNI terletak di di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dengan menggunakan teknologi pirometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF), smelter GNI memiliki kapasitas produksi 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Selain itu, perusahaan menghasilkan produk feronikel yang kemudian diolah menjadi bahan baku yang digunakan untuk produksi baja nirkarat dan industri besi paduan nikel.
Kerja sama dengan Antam
PT GNI juga berkolaborasi dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang merupakan anggota holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor pertambangan, PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Kerja sama tersebut dilakukan dengan adanya perjanjian pendahuluan atau heads of agreement (HoA) kedua perusahaan dengan 1 perusahaan lain bernama Alchemist Metal Industry Pte Ltd pada Mei 2021, yakni untuk pengembangan bisnis smelter di kawasan Konawe Utara dan Morowali Utara.
Di sisi lain, PT ITSS - yang tungku smelter-nya di IMIP meledak akhir pekan lalu - merupakan perusahaan yang dimiliki oleh investor China melalui Tshingsan Holding Group Company Ltd yang menggenggam saham 50%. Lalu, Ruipu Technology Group Company Ltd sebesar 20%.
Kemudian, masing-masing 10% dimiliki oleh Tsingtuo Group Co Ltd dan Hanwa Company Ltd, dan investor asal Indonesia, yaitu PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Dalam operasinya, PT ITSS merupakan pemegang izin usaha industri (IUI) yang diterbitkan oleh Kemenperin sejak 2019, dan mendapatkan izin operasi hingga 2049.
Tshingshan Group sendiri merupakan perusahaan pelat merah China yang didirikan pada medio 1980. Sejak awal berdiri, Tsingshan Group fokus pada pengolahan baja tahan karat.
Selain ITSS, Tshingsap Group juga memiliki perusahaan lain yakni PT Sulawesi Mining Investment Indonesia, PT Guangqing Nickel Corporations Indonesia, PT Indonesia Ruipu Nichrome, PT Tsingshan Steel Indonesia dan PT Dein Baja Indonesia.
Secara keseluruhan, Tsingshan Group di Kawasan Industri Morowali ini juga mampu menghasilkan baja nirkarat hingga 3 juta ton, nickel pig iron (NPI) 2 juta ton , dan baja karbon 3,5 juta ton per tahun.
(ibn/wdh)