Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Harga minyak dunia pada 2024 diyakini tidak akan menguat signifikan dibandingkan dengan tahun ini, berbanding lurus dengan estimasi bahwa berbagai indikator perekonomian global akan tetap lesu pada tahun depan.

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, memasuki 2024, risiko resesi negara-negara maju – meski terdapat indikasi terjadinya soft landing – masih tetap tinggi.  

“Akibatnya, harga minyak dan gas pada 2024 akan memiliki lebih banyak potensi penurunan dibandingkan dengan kenaikan,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (29/12/2023).

Dengan demikian, dia memperkirakan harga minyak kemungkinan besar tidak akan kembali mendekati level US$100/barel pada tahun depan. Tanpa adanya titik terang terhadap resolusi konflik geopolitik di beberapa wilayah, peluang bullish harga minyak disebutnya “hampir nol”.

“Dalam hal harga, analisis teknis menunjukkan dukungan yang cukup besar pada US$65/barrel [untuk tahun depan], jika resesi global melanda,” kata Sutopo.

Pergerakan harga minyak sepanjang tahun hingga 29 Desember 2023./dok. Bloomberg

Pasokan Melimpah

Lagipula, lanjut Sutopo, pasokan minyak dan gas pada tahun depan diproyeksikan melimpah akibat perlambatan aktivitas ekonomi dan peningkatan produksi di level global.

“Produksi minyak secara khusus, dari AS baru-baru ini menyentuh titik tertinggi pada 13,24 juta barel per hari. Selain itu, Brasil, Guyana, Norwegia, dan Kanada akan menjaga pasar tetap tercukupi dengan pasokan minyak,” terangnya.

Dalam laporan terbarunya, International Energy Agency (IEA) menyebut permintaan minyak global akan meningkat tahun depan, di mana konsumsi akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari pada 2024.

Sementara itu, produksi dari produsen non-OPEC juga akan berkontribusi sebesar 1,2 juta barel per hari terhadap pasokan global. Prospek OPEC pada 2024 sedikit berbeda dengan outlook IEA karena memperkirakan adanya peningkatan sebesar 2,25 juta barel per hari.

Menyadari perlambatan ekonomi global, Goldman Sachs sebelumnya juga telah menurunkan perkiraannya, dengan melihat harga Brent rata-rata US$80—US$81 per barel.

Perkiraan ini selaras dengan IEA, yang memperkirakan Brent di harga US$82,57/barel pada 2024. Di lain sisi, Barclays masih memberikan outlook di level yang lebih tinggi yaitu US$93/barel pada 2024, sementara S&P Global berpendapat US$85 lebih tepat. 

Ilustrasi harga minyak dunia. (Dok: Bloomberg)


Harga Minyak Hari Ini

Pada perkembangan lain, harga minyak hari ini menuju penurunan tahunan terbesar sejak 2020 karena perang dan pengurangan produksi OPEC+ gagal mengangkat harga, menurut pantauan Bloomberg.

Di sisi lain, para pedagang khawatir bahwa pasokan minyak mentah global mungkin masih melebihi permintaan pada kuartal-kuartal mendatang.

West Texas Intermediate (WTI) bertahan di atas US$72/barel, berada di jalur penurunan mingguan, bulanan, dan triwulanan. Minyak mentah AS telah menurun sekitar 10% tahun ini, sementara patokan global Brent telah turun sekitar 9%. Indeks komoditas yang lebih luas juga mengalami penurunan dengan selisih yang sama.

WTI berakhir lebih rendah pada Kamis setelah data resmi AS menunjukkan bahwa saat stok minyak mentah nasional menyusut pekan lalu, kepemilikan di pusat penyimpanan utama Cushing, Oklahoma, meningkat untuk pekan ke-11 dan mencapai level tertinggi sejak Agustus. Produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor tertinggi.

Minyak menutup tahun yang penuh gejolak, dengan harga yang terbantu oleh pecahnya perang Israel-Hamas, serta spekulasi bahwa Federal Reserve sudah selesai menaikkan suku bunga seiring dengan berkurangnya inflasi.

Namun, meskipun terjadi pengurangan pasokan berulang kali dari OPEC dan sekutunya, peningkatan produksi dari negara-negara di luar kelompok tersebut, ditambah dengan kekhawatiran terhadap melambatnya pertumbuhan permintaan, telah mendorong harga minyak mentah berjangka lebih rendah.

Bulan ini, para pedagang menghadapi peningkatan ketegangan di Laut Merah setelah serangkaian serangan kapal yang dilakukan oleh pemberontak Houthi di Yaman.

Separuh dari armada kapal kontainer yang secara teratur transit di jalur air utama kini menghindari rute tersebut, dan kapal tanker minyak mentah juga telah dialihkan, sehingga memperpanjang perjalanan dan meningkatkan biaya.

Harga minyak, Jumat (29/12/2023):

  • WTI untuk pengiriman Februari naik 0,5% menjadi US$72,11 per barel pada pukul 8:19 pagi di Singapura.
  • Brent untuk penyelesaian bulan Maret ditutup 3% lebih rendah pada US$77,15 per barel pada Kamis.

(wdh)

No more pages