Logo Bloomberg Technoz

Mengapa Kebakaran Depo Plumpang Tidak Boleh Terjadi Lagi

Ruisa Khoiriyah
04 March 2023 21:53

Api membakar rumah warga saat kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Plumpang, Jakarta, Jumat (3/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Api membakar rumah warga saat kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Plumpang, Jakarta, Jumat (3/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kebakaran hebat yang melanda Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara, pada Jumat malam kemarin telah menelan korban 17 jiwa.

Kebakaran di depo yang terletak  berdekatan dengan perumahan padat penduduk itu bukan yang pertama kali terjadi. Pada 2009, Depo Plumpang juga pernah kebakaran hebat dan menyebabkan satu orang tewas.

Depo Plumpang memiliki nilai yang sangat strategis bagi kelancaran pasokan distribusi BBM di Indonesia. Depo yang beroperasi sejak 1974 itu memasok 20% dari total kebutuhan pasokan BBM harian di Indonesia atau 25% dari total kebutuhan harian SPBU Pertamina.

Dilansir dari website Pertamina, pada 2018 thruput BBM rata-rata dari TBBM Plumpang adalah sebesar 16.504 kiloliter per hari dengan wilayah distribusi utama meliputi Jabodetabek. Kapasitas tangki timbun Plumpang adalah sebesar 291.889 kiloliter. 

Depo Plumpang juga tercatat menyalurkan produk dengan varian paling lengkap mulai dari Premium, Bio Solar, Dex, Dexlite, Pertamax, Pertalite dan Pertamax Turbo, melalui Terminal Automation System (TAS) kelas dunia yang disebut New Gantry System ke kompartemen 249 unit mobil tangki.

Mobil pemadam bekerja saat kebakaran Depo Pertamina Plumpang di kawasan Plumpang, Jakarta, Jumat (3/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)