Pemimpin Turki tersebut sebelumnya telah melontarkan kritik keras terhadap Netanyahu dan Israel, menyebut Israel sebagai "negara teror" dengan dukungan Barat yang "tidak terbatas" pada November.
Di bawah pemerintahan Hitler, Nazi Jerman memulai upaya untuk secara sistematis memusnahkan kaum Yahudi Eropa, menewaskan enam juta orang melalui kamp-kamp kerja paksa, penembakan massal, dan berbagai metode lainnya.
Perdana Menteri Israel kemudian menyerang balik Erdogan, mengkritik Turki atas catatan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di dalam negeri dan dalam konfliknya dengan kelompok-kelompok bersenjata Kurdi.
"Erdogan, yang melakukan genosida terhadap Kurdi, yang memegang rekor dunia dalam hal memenjarakan jurnalis yang menentang pemerintahannya, adalah orang terakhir yang bisa mengkhotbahkan moralitas kepada kita," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Terlepas dari kritik keras tersebut, Turki tetap mempertahankan hubungan komersial dengan Israel selama hampir tiga bulan serangannya ke Gaza dalam kampanye "genosida" yang telah menewaskan lebih dari 21.000 orang, melukai 55.000 orang lainnya, dan membuat hampir seluruh 2,3 juta penduduknya mengungsi.
Pengeboman Israel dimulai pada 7 Oktober ketika kelompok bersenjata Palestina, Hamas, melancarkan serangan ke Israel selatan, menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menawan sekitar 240 orang.
(ros/hps)