Awal bulan ini, kapal selam bertenaga nuklir AS tiba di kota pelabuhan Busan, Korea Selatan, dan Washington telah mengerahkan pesawat pengebom jarak jauhnya dalam latihan dengan Seoul dan Tokyo.
Sementara itu, Pyongyang berhasil meluncurkan satelit mata-mata militer pertamanya pada percobaan ketiga, menguji coba Hwasong-18 berbahan bakar padat, rudal balistik antarbenua (ICBM) yang paling canggih, dan mengabadikan status tenaga nuklir dalam konstitusi negara.
Kim Jong Un pada awal pekan ini mendefinisikan 2023 sebagai "tahun perubahan besar" di mana Pyongyang melihat "kemenangan yang membuka mata."
Minggu lalu, badan atom PBB mengatakan bahwa reaktor kedua di fasilitas nuklir Yongbyon Korea Utara tampaknya telah beroperasi, dan menyebutnya "sangat disesalkan."
Komentar Kim Jong Un menunjukkan bahwa Korea Utara tidak mungkin memperlambat laju uji coba senjata atau modernisasi militernya, meskipun beberapa analis percaya bahwa ia memiliki tujuan gand, yaitu membangun pengaruh terhadap diplomasi dengan Washington, mungkin setelah pemilihan presiden AS pada November tahun depan.
Pembicaraan nuklir runtuh pada tahun 2019 setelah kegagalan serangkaian pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Donald Trump terkait keringanan sanksi, sebagai imbalan atas penyerahan sebagian program nuklir Pyongyang.
Negara ini telah berada di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB sejak pertama kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006.
Korea Utara telah memperdalam hubungan dengan Moskow, dan Kim Jong Un mengatakan kepada para delegasi partai bahwa Pyongyang akan memperluas kerja sama strategis dengan negara-negara "independen anti-imperialis."
Kim Jong Un melakukan perjalanan langka ke luar negaranya pada September ketika ia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Timur Jauh Rusia. Ia mengunjungi Vostochny Cosmodrome dan kemudian mengunjungi pangkalan militer dan pabrik-pabrik senjata.
Pertemuan ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Pyongyang memasok peralatan militer ke Moskow untuk digunakan dalam perangnya melawan Ukraina, dengan imbalan pengetahuan teknologi Rusia.
Menurut laporan itu, Kim Jong Un memaparkan tujuan ekonomi untuk tahun 2024. Kim Jong Un menyebutnya sebagai "tahun yang menentukan" untuk mencapai rencana pembangunan lima tahun negara itu dan menekankan pentingnya bidang pertanian.
Korea Utara telah mengalami kekurangan pangan yang serius dalam beberapa dekade terakhir, termasuk kelaparan pada tahun 1990-an.
Para ahli internasional mengatakan penutupan perbatasan yang berkepanjangan selama pandemi COVID-19 memperburuk situasi ketahanan pangan di Korut.
(ros/wep)