Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) yang turun 25%, PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) anjlok 16,7%, dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) ambruk 11,1%.
Di Asia, berbagai indeks saham utama juga kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12:40 WIB, Hang Seng (Hong Kong) melonjak 2,21%, Straits Times (Singapura) naik 1,72%, Shanghai Composite (China) menguat 1,35%, Kospi (Korea Selatan) juga menguat 1,18%, serta IHSG (Indonesia) yang menghijau 0,56%.
Senada, PSEI (Filipina) terapresiasi 0,42%, SETI (Thailand) melejit 0,38%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,34%, dan KLCI (Malaysia) terangkat 0,23%.
Kabar dari Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) menjadi penyemangat di Bursa Saham Asia. Bloomberg News mengabarkan, para trader telah meningkatkan spekulasi mereka terhadap pemotongan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) pada Maret 2024, menurut harga swap The Fed.
Pandangan ini mendapatkan momentum sejak para pembuat kebijakan memperbarui proyeksi mereka bulan Desember untuk memperlihatkan bahwa mereka berencana mengurangi suku bunga acuan dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan dalam proyeksi sebelumnya.
Optimisme pelaku pasar terhadap pivot The Fed masih menguat dan terus berlanjut, tercermin dari aksi beli di pasar surat utang AS, US-Treasury. Yield tenor 10 tahun semakin terkikis ke level 3,80%. Investor juga masih mencerna rilis data inflasi (PCE Price Index) AS pada hari Jumat lalu yang melambat menjadi 2,6% yoy di November dari 2,9% yoy di bulan sebelumnya.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor tampak berpegang teguh pada optimisme bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) dapat mulai memangkas suku bunga acuan paling cepat bulan Maret 2024.
“Bursa Kontrak Berjangka (Futures) memberi indikasi lebih dari 80% peluang Federal Reserve mulai menurunkan suku bunga di bulan maret 2024 dengan penurunan suku bunga 150 bps secara keseluruhan di prediksi akan terjadi sepanjang tahun 2024,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad/wep)