Hingga pekan lalu, sebanyak 191.000 orang di Israel telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Sebagian besar mengalami unpaid leave atau cuti paksa yang tidak dibayar.
Sementara itu, sebanyak 360.000 tentara cadangan ditugaskan untuk bertugas pada Oktober. Ini adalah mobilisasi terbesar sejak perang Arab-Israel tahun 1973, yang juga dikenal sebagai Perang Yom Kippur, ketika 400.000 tentara cadangan dikerahkan untuk melawan serangan mendadak dari Mesir dan Suriah.
Menurut Taub Center, jumlah sebenarnya dari tentara cadangan yang dipanggil untuk bertugas kali ini adalah antara 200.000 hingga 300.000 orang. Sebanyak 139.000 orang di antaranya ditarik keluar dari pasar tenaga kerja. Hal ini membuat banyak warga Israel harus mengorbankan nyawa mereka dalam perang yang menyusahkan para pemberi kerja.
Pemerintah Israel mengatakan akan memberikan sejumlah bantuan keuangan kepada banyak individu dan perusahaan yang terdampak. Akan tetapi, bantuan tambahan yang dijanjikan tidak kungjung tiba. Beberapa tentara cadangan merupakan wiraswasta, dan mengatakan bisnis mereka akan bangkrut terlebih dahulu sembari menanti bantuan tiba.
Taub Center mengatakan, mengutip data dari Biro Pusat Statistik Israel, hingga 20% pekerja di bisnis skala menengah dan besar menjadi tentara cadangan pada Oktober. Perusahaan-perusahaan tersebut, yang didefinisikan memiliki setidaknya 100 pekerja, mempekerjakan lebih dari separuh angkatan kerja Israel.
Kekurangan tenaga kerja yang sangat besar khususnya terjadi di sektor pariwisata, konstruksi, dan pertanian. Dua industri terakhir sangat bergantung pada pekerja dari Palestina, yang sebagian besar dilarang memasuki Israel sejak 7 Oktober.
(del/hps)