"Dalam menghadapi volatilitas nilai tukar mata uang global seperti dolar dan euro, Kadin mendukung penggunaan LCS sebagai solusi alternatif. Kami telah melihat bagaimana LCS telah meningkatkan perdagangan bilateral, misalnya perdagangan kami dengan Jepang telah meningkat sepuluh kali lipat dari 2020 hingga 2021 dari US$9,8 juta per bulan menjadi lebih dari US$100 juta setiap bulan," kata Arsjad, Sabtu (3/4/2023).
Menurutnya, penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional lebih rasional bagi negara-negara, karena ketergantungan yang besar pada mata uang global utama akan mengikis nilai tunai mereka dengan proses beberapa konversi dan biaya bank.
Melihat hal ini, Kadin Indonesia melalui keketuaan Asean-BAC telah mendorong konektivitas pembayaran regional melalui Asean-QR Code dengan landasan LCS. Dengan demikian, pembayaran lintas negara dapat dilakukan melalui unifikasi QR antaranggota Asean dengan settlement menggunakan mata uang lokal masing-masing.
Sekadar catatan, ASEAN Connectivity melalui Asean QR Cross Border Payment telah dikerjasamakan antara 3 negara yaitu Thailand, Malaysia dan Singapura.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) optimistis transaksi perdagangan dan investasi menggunakan LCS akan mengalami peningkatan yang tinggi.
Pada 2021, bank sentral mencatat total nilai transaksi LCS mencapai US$2,53 miliar, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai US$797 juta. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan transaksi tersebut akan tumbuh sebesar 10% pada 2022.
(wdh)