Optimisme pelaku pasar terhadap pivot The Fed masih menguat dan terus berlanjut, tercermin dari aksi beli di pasar surat utang AS, US-Treasury. Yield tenor 10 tahun semakin terkikis ke level 3,80%. Investor juga masih mencerna rilis data inflasi (PCE Price Index) AS pada hari Jumat lalu yang melambat menjadi 2,6% yoy di November dari 2,9% yoy di bulan sebelumnya.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor tampak berpegang teguh pada optimisme bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) dapat mulai memangkas suku bunga acuan paling cepat bulan Maret 2024.
“Bursa Kontrak Berjangka (Futures) memberi indikasi lebih dari 80% peluang Federal Reserve mulai menurunkan suku bunga di bulan maret 2024 dengan penurunan suku bunga 150 bps secara keseluruhan di prediksi akan terjadi sepanjang tahun 2024,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sebagai sentimen lanjutan, rincian dari pertemuan kebijakan Bank of Japan/ BOJ (Summary of Opinions) bulan ini memperlihatkan 9 anggota dewan gubernur BOJ terpecah mengenai kenaikan suku bunga acuan dan keperluan untuk mempersiapkan strategi keluar dari kebijakan moneter yang super longgar.
Investor juga tidak melihat petunjuk terbaru dari gubernur Kazuo Ueda mengenai kapan BOJ akan membuat perubahan dalam kebijakan moneternya. Bahkan dalam pidato terkininya pada hari Senin, Ueda hanya mengatakan peluang BOJ dalam mencapai target inflasi 2% semakin besar.
Dari sisi makro ekonomi regional, investor juga tengah mencerna rilis data Industrial Profit China yang memperlihatkan bahwa profitabilitas perusahaan di sektor Industrial turun 4,4% yoy di 11 bulan pertama tahun 2023, melambat dari penurunan 7,8% yoy di 10 bulan pertama sebelumnya di tengah upaya dari Pemerintah untuk menggairahkan pemulihan ekonomi dan mengurangi tekanan pada marjin keuntungan.
Sementara itu, tanda-tanda deflasi semakin meluas di seluruh wilayah China karena harga-harga terus menurun dan permintaan tetap lesu. Hal ini meningkatkan tekanan pada pihak berwenang untuk menambah stimulus atau berisiko membuat perekonomian terpuruk karena konsumen dan perusahaan menunda pembelian atau investasi guna mengantisipasi penurunan harga lebih lanjut.
Permintaan eksternal untuk barang-barang China juga lemah, dengan ukuran harga ekspor mencapai level terendah sejak 2009 pada bulan Oktober. Menurut data Changjiang Securites pada pekan lalu, penurunan tersebut menunjukkan siklus destocking di sektor industri belum usai.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,1% ke 7.245, IHSG pun sudah mengenai target yang diberikan.
“Waspadai akan posisi IHSG yang sudah berada di akhir wave v dari wave (i) dari wave [iii]. Hal tersebut berarti, IHSG akan rawan terkoreksi untuk menguji rentang terdekatnya di 7.198-7.235 terlebih dahulu untuk membentuk awalan dari wave (ii) dari wave [iii],” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (28/12/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham BUKA, HRUM, PGEO dan PWON.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG hari ini diperkirakan konsolidasi di pivot 7.250 seiring dengan mencermati hari perdagangan yang lebih singkat, menyusul libur pergantian tahun. Hal ini turut mempengaruhi sikap hati-hati pelaku pasar.
“IHSG membentuk gravestone doji pada perdagangan Rabu (27/12). Didukung dengan penyempitan positive slope pada MACD. Sehingga, IHSG diperkirakan akan konsolidasi di pivot level 7.250 di Kamis (28/12),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham unggulan HRUM, EMTK, CMRY, SMDR, TINS dan ANTM.
(fad)