Perencana keuangan Divisi Riset Bloomberg Technoz memberikan panduan mudah cara melakukan pemeriksaan kesehatan alias financial checkup sebagai bekal penting memasuki tahun baru:
1. Periksa catatan arus kas
Bagi yang sudah terbiasa mencatat arus keluar masuk uang, bisa langsung mengecek catatan arus kas maupun neraca keuangan. Catatan arus kas berisi lalu lintas pendapatan dan pengeluaran seseorang dalam periode tertentu.
Secara sederhana, arus kas memuat informasi pemasukan dan pengeluaran.
Informasi pemasukan terdiri atas pendapatan rutin bulanan/harian/ekstra maupun pendapatan tahunan informasi pengeluaran.
Sementara informasi pengeluaran di antaranya pengeluaran rutin bulanan/harian juga pengeluaran tahunan.
Yang termasuk pengeluaran rutin seperti belanja dapur, pengeluaran makan minum, pembayaran tagihan rutin (listrik, air, internet, dan lain-lain), pengeluaran transportasi, pengeluaran sekolah anak (bagi yang sudah memiliki anak), pengeluaran sosial, pengeluaran lifestyle juga pengeluaran untuk kewajiban utang atau cicilan bila ada.
Jangan lupa juga memasukkan pengeluaran untuk pos tabungan atau investasi rutin. Juga pengeluaran untuk pembayaran premi asuransi/BPJS bulanan.
Pengeluaran tahunan juga penting dicatat, seperti pengeluaran mudik tahunan, pembayaran pajak kendaraan, pajak rumah dan bangunan, uang tahunan sekolah anak, premi asuransi jiwa atau kesehatan yang dibayar tahunan, dan lain sebagainya.
Dari pencatatan semua informasi itu, Anda akan mendapatkan informasi total pendapatan rutin bulanan/tahunan juga total pengeluaran rutin bulanan maupun tahunan. Dari situ, akan diperoleh gambaran apakah keuangan Anda masih mencatat nilai surplus atau defisit atau impas.
2. Miliki neraca keuangan
Selain catatan arus kas keuangan pribadi, penting juga untuk memiliki catatan neraca keuangan. Secara sederhana, neraca keuangan atau balance sheet berisi informasi terkait aset dan kewajiban yang Anda miliki pada periode tertentu.
Catatan neraca keuangan cukup penting dimiliki agar Anda mengetahui seberapa besar aset yang sudah dimiliki juga besar kewajiban sehingga bisa mengecek apakah kondisi keuangan sudah cukup baik atau masih perlu perbaikan.
Bagaimana cara menyusun laporan neraca keuangan pribadi? Caranya mudah. Anda bisa memulai dengan mendaftar apa saja aset yang Anda miliki. Mulailah dari aset likuid yakni aset yang mudah dicairkan seperti kas/uang tunai di dompet, saldo tabungan, nilai deposito yang Anda miliki, lalu sertakan juga nilai simpanan emas logam mulia bila ada.
Setelah itu, mulailah mengisi aset investasi yaitu aset-aset di instrumen investasi yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang seperti saham, reksa dana, surat berharga negara seperti ORI, sukuk tabungan ataupun sukuk ritel bila ada. Bila Anda memiliki tanah atau rumah kedua atau ketiga, maka ia juga termasuk di kelompok ini.
Kelompok berikutnya adalah aset guna di mana yang termasuk di dalamnya adalah perhiasan yang Anda pakai, rumah yang Anda tempati, mobil atau motor juga masuk di sini.
Setelah itu, isi kolom kewajiban di mana di dalamnya adalah nilai sisa pokok utang yang Anda miliki. Misalnya, Anda punya kredit pemilikan rumah total Rp1 miliar dan saat ini sisah pokok utang tinggal Rp300 juta, maka tuliskan Rp300 juta untuk nilai kewajiban.
Dari semua informasi itu, Anda bisa mendapatkan total aset dan kewajiban di mana selisih dari keduanya adalah nilai kekayaan bersih (networth) Anda.
Setelah ada dua informasi tersebut yaitu arus kas dan neraca keuangan pribadi, Anda bisa lebih mudah melakukan financial checkup dengan menghitung rasio-rasio keuangan di bawah ini.
3. Rasio likuiditas
Rasio ini untuk mengecek apakah keuangan Anda memiliki bantalan atau buffer yang cukup untuk mengantisipasi kebutuhan dana tunai mendesak. Bahasa sederhananya adalah dana darurat. Dengan memiliki dana darurat yang cukup, seseorang bisa meminimalisasi tindakan berutang saat butuh uang tunai segera.
Cara menghitung rasio likuiditas tidak sulit. Jumlahkan total aset likuid/lancar Anda lalu bagilah dengan total pengeluaran rutin per bulan.
Keuangan disebut sehat bila memiliki rasio likuiditas minimal sebanyak enam kali nilai pengeluaran rutin. Misalnya, pengeluaran rutin Anda mencapai Rp10 juta per bulan, maka nilai dana darurat yang perlu dimiliki minimal sebesar Rp60 juta dalam bentuk aset likuid.
Rumus Rasio Likuiditas: Total jumlah aset likuid atau lancar : Jumlah pengeluaran rutin bulanan
4. Rasio utang (debt to service ratio)
Rasio utang atau kemampuan pelunasan utang yang ideal adalah di bawah 35%. Rasio ini untuk mengukur apakah keuangan seseorang masih cukup sehat meski menanggung utang. Bila angkanya lebih dari 35% maka itu ciri keuangan kurang sehat karena dinilai terbebani utang terlalu banyak melampaui kemampuan bayar.
Cara hitungnya, totalkan semua beban cicilan bulanan atau tahunan dibagi pendapatan bulanan atau tahunan.
Misal, total pendapatan bulanan Anda mencapai Rp40 juta. Sementara beban cicilan utang dari mulai utang kartu kredit, paylater, KPR, KKB dan utang lain-lain mencapai Rp15 juta per bulan. Maka, rasio utang Anda mencapai 37,5%, melampaui batas aman 35%. Itu berarti kondisi keuangan Anda kurang sehat, rentan karena terbebani utang yang melampaui kemampuan.
Bila dibiarkan, beban utang yang terlalu besar bisa menjatuhkan seseorang dalam situasi kebangkrutan lebih cepat. Kemampuan menabung juga terus terkikis karena pendapatan habis untuk menutup utang.
Rumus Debt to Service Ratio: Cicilan utang per tahun atau per bulan : Pendapatan per tahun atau per bulan
5. Rasio tabungan (saving ratio)
Menabung atau menyisihkan sebagian penghasilan penting dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan atau biaya di masa depan (future spending). Meski namanya rasio tabungan, itu tidak berarti terkait dana yang disisihkan di produk tabungan saja. Melainkan saving penghasilan untuk ditempatkan di instrumen yang diharap tumbuh melampaui inflasi jangka panjang. Jadi, termasuk juga penempatan di investasi.
Rasio tabungan dihitung dengan cara total tabungan/investasi yang Anda miliki dibagi dengan total pendapatan. Misalnya, total tabungan atau investasi Anda saat ini mencapai Rp100 juta, sementara total pendapatan tahunan Anda termasuk gaji rutin bulanan, bonus dan pendapatan ekstra lain mencapai Rp300 juta. Maka, rasio tabungan Anda mencapai 30%, melampaui batas minimal 10%.
Rumus Rasio Tabungan: (Total tabungan tahunan : Jumlah pendapatan tahunan) x 100%
6. Rasio utang versus aset
Apakah orang yang memiliki banyak aset seperti mobil, rumah juga properti adalah pasti orang kaya? Belum tentu. Perlu dicek dulu rasio utang dibanding asetnya. Bila aset-aset tersebut kebanyakan dibiayai utang, bisa jadi keuangannya jadi rentan.
Menambah aset melalui fasilitas kredit memang sah-sah saja dalam keuangan. Namun, ada ukuran agar asset leveraging itu masih cukup sehat. Caranya, hitung lebih dulu rasio utang versus aset yang akan menggambarkan jumlah aset yang masih dibiayai oleh utang.
Cara hitung, total semua kewajiban yang Anda miliki lalu bagi dengan total nilai aset yang Anda miliki (aset guna, aset likuid, aset investasi, aset yang disewakan, juga piutang yang belum tertagih). Angkanya harus di bawah 50%. Bila angkanya sama dengan 50% atau di atasnya, itu berarti keuangan kurang sehat.
Rumus Rasio Utang vs Aset: (Total nilai kewajiban : Total aset) x 100%
7. Rasio solvabilitas
Sama halnya dengan perusahaan atau negara, keuangan pribadi seseorang juga tidak kalis dari risiko kebangkrutan. Secara teknis, kondisi bangkrut adalah ketika total nilai utang melampaui nilai total aset. Nah, Anda bisa mengukur tingkat risiko kebangkrutan itu dengan menghitung rasio solvabilitas.
Rasio ini membantu Anda mengetahui porsi kekayaan yang sesungguhnya terhadap total aset yang dimiliki (networth to asset). Semakin besar angkanya maka semakin bagus, minimal 35%.
Cara hitungnya, jumlahkan semua aset yang Anda miliki lalu kurangi dengan total kewajiban. Ketemu angka networth atau kekayaan bersih. Dari situ bagilah angka networth dengan total nilai aset dan kalikan 100%.
Misalnya, total kekayaan bersih Anda adalah Rp5 miliar sementara total nilai aset Rp7 miliar, maka rasio solvabilitas Anda adalah 71,42%. Ini berarti, keuangan Anda masih bisa bertahan kendati terjadi penurunan nilai aset hingga 71%.
Rumus Rasio Solvabilitas: (Nilai kekayaan bersih : Total nilai aset) x 100%
(rui)