Prospek ini menandakan bahwa penurunan di pasar properti masih jauh dari selesai, meskipun pemerintah telah menerapkan langkah-langkah yang sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan permintaan terhadap rumah. Kemerosotan yang berkepanjangan berarti peran sektor ini sebagai pendorong permintaan barang dan jasa menyusut.
Menurut perkiraan Bloomberg Economics, permintaan terkait real estate saat ini menyumbang sekitar 20% dari PDB, turun dari 24% pada 2018.
Para ekonom Goldman yang dipimpin oleh Hui Shan memiliki salah satu proyeksi paling pesimis. Mereka memperkirakan kontraksi "dua digit" dalam investasi aset tetap real estate tahun depan. Mereka menambahkan, kemerosotan di sektor properti ini akan mengurangi pertumbuhan PDB sebesar satu poin persentase.
Proyeksi lainnya lebih optimis. Morgan Stanley melihat indikator turun 7%, sementara UBS memperkirakan penurunan sebesar 5%. Ekonom Chinajuga pesimis. China Merchants Bank International memperkirakan investasi real estate turun 7%.
Menurut Ming Ming dari Citic Securities Co Ltd dan ekonom lainnya, alasan utama pesimisme tersebut adalah penurunan tajam dalam proyek real estate yang baru dimulai pada 2023. Hal ini menunjukkan bahwa area proyek yang selesai kemungkinan berkurang.
Alasan lain adalah menurunnya penjualan real estate, yang menyebabkan berkurangnya insentif bagi para pengembang untuk memulai pembangunan. Baik Goldman maupun UBS memperkirakan penurunan penjualan real estate sebesar 5% tahun depan.
Penurunan di sektor properti memiliki efek yang lebih luas. Mengingat besarnya sektor ini, penurunan aktivitas konstruksi merupakan penyebab utama lemahnya permintaan domestik, yang merupakan salah satu alasan utama China mengalami deflasi tahun ini.
Banyak ekonom masih melihat Beijing menetapkan target pertumbuhan PDB yang ambisius untuk tahun 2024 sekitar 5%. Artinya, stimulus fiskal yang besar diperlukan untuk menutupi beban pertumbuhan dari sektor properti.
Salah satu analis yang tidak sependapat dengan konsensus mengenai kemerosotan di sektor konstruksi perumahan yang lebih dalam adalah Logan Wright, direktur riset pasar China di Rhodium Group. Dia melihat pertumbuhan satu digit yang rendah baik dalam konstruksi real estate maupun penjualan tahun depan.
Wright mengatakan sudah ada tanda-tanda outlook konsumsi yang lebih kuat dalam peningkatan penjualan lahan pemerintah. Dia juga merujuk pada peningkatan penggunaan peralatan di China yang dibuat oleh perusahaan Jepang Komatsu Ltd. Hal ini secara luas dipandang sebagai salah satu ukuran konstruksi dengan frekuensi tinggi yang paling dapat diandalkan.
"Waktu terburuk dari koreksi industri ini sudah berlalu," kata Wright.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa pemerintah China akan menyuntikkan stimulus lebih lanjut dalam upaya untuk menstabilkan pasar. Langkah-langkah tersebut dapat mencakup penggunaan lebih lanjut dari dana bank sentral atau fiskal untuk langsung membeli kelebihan perumahan.
"Saya memperkirakan stimulus perumahan akan terus ditingkatkan," kata Allan Von Mehren, kepala ekonom China di Danske Bank A/S. "Skenario dasar saya adalah krisis perumahan berlanjut di paruh pertama tahun depan, tetapi perlahan membaik di paruh kedua."
(bbn)