Hilirisasi Nikel Bisa Kurangi Kemiskinan? Fakta Bicara Sebaliknya
Tim Riset Bloomberg Technoz
27 December 2023 14:15
Bloomberg Technoz, Jakarta - Insiden ledakan fatal smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Sulawesi Tengah pada Minggu (24/12/2023), menjadi kontroversi kesekian yang menyertai booming nikel di kawasan Indonesia Timur, yang ditengarai membantu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan kemiskinan.
Namun, benarkah klaim tersebut?
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam pernyataannya akhir Juli lalu mengklaim, investasi hilirisasi yang marak di seputar tambang nikel, termasuk di Morowali, berhasil menurunkan angka kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir seiring membaiknya perekonomian.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang pesat itu ternyata tidak selalu diikuti dengan perbaikan kondisi kesejahteraan masyarakat yang signifikan di daerah-daerah tersebut.
Di Sulawesi Tengah, misalnya, jumlah penduduk miskin pada 2023 menurut data BPS mencapai 395.660 orang, hanya berkurang 1,2% dalam satu dekade. Sebagai gambaran, pada 2013, jumlah penduduk miskin di provinsi tersebut mencapai 400.400 orang. Sedang menurut persentase, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada 2023 setara dengan 12,41% dari total populasi.
Hal serupa juga terlihat di Maluku Utara. Pada 2013, jumlah penduduk miskin di provinsi di mana ada tambang besar di Teluk Weda, itu mencapai 83.200 orang. Sepuluh tahun berlalu, jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut justru bertambah menjadi 83.800 orang. Persentasenya juga stagnan, padahal pertumbuhan ekonomi sudah melesat hampir empat kali lipat dalam 10 tahun.
Di Sulawesi Tenggara di mana juga ada banyak pertambangan nikel seperti di Konawe, misalnya, jumlah penduduk miskin masih 321.530 orang, setara dengan 11,43%. Bila dibandingkan satu dekade lalu atau pada 2013, angkanya tidak banyak bergerak.