Logo Bloomberg Technoz

Insiden Smelter ITSS, Refleksi Petaka di Balik Ambisi Hilirisasi

Wike Dita Herlinda
27 December 2023 11:30

Ilustrasi pabrik feronikel (dok PT Aneka Tambang Persero)
Ilustrasi pabrik feronikel (dok PT Aneka Tambang Persero)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Kasus terbaru ledakan tungku smelter nikel milik raksasa logam China – Tsingshan Holding Group – di kawasan Morowali, Sulawesi Tengah akhir pekan lalu menjadi pengingat bagi Indonesia akan risiko mengintai di balik jorjoran investasi penghiliran sektor pertambangan mineral, dalam hal nikel.

Seperti diketahui, beberapa tahun terakhir, Presiden Joko Widodo getol menginisiasi kebijakan penghiliran (atau ‘hilirisasi’ dalam terminologi pemerintah) sektor tambang, yang berbanding lurus dengan derasnya investasi pabrik pemurnian dan pengolahan atau smelter di dalam negeri.

Menyitir hasil studi peneliti hukum dari Yayasan Auriga Nusantara, Adam Afian Richwanudin, dikutip dalam laporan Center of Economic and Law Studies (Celios) bertajuk Polemik Investasi China di Indonesia yang dilansir medio tahun ini, RI memiliki cadangan nikel tak kurang dari 2,8 miliar metrik ton di Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Tak ayal, Indonesia menjadi sasaran empuk dan strategis untuk investasi asing, tidak terkecuali China melalui program Belt and Road Initiative (BRI) yang dipenggawai Presiden Xi Jinping.

“Walaupun kebijakan hilirisasi bertujuan mulia, yakni agar nilai ekonomi nikel meningkat karena sudah diolah dan bukan dijual mentah, tetapi implementasinya masih menyisakan beragam polemik,” tulis tim peneliti Celios dalam laporan tersebut.

Suasana Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Minggu (9/7/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)