Seperti yang diwartakan Bloomberg News, kontrak swap terkait dengan pertemuan The Fed menyatakan kemungkinan lebih dari 90% bahwa Bank Sentral AS akan menurunkan kisaran suku bunga target saat ini sebesar 5,25% hingga 5,5% pada Maret.
Sepanjang 2024, para trader memperkirakan tren pengguntingan suku bunga acuan mencapai sekitar 160 basis poin, lebih dari dua kali lipat dari yang diisyaratkan oleh pejabat The Fed awal bulan ini dalam proyeksi kuartalan terbaru mereka.
"Pasar akan menguat hingga akhir tahun, mengingat kekuatan di bulan Desember sejauh ini," tulis Tom Lee, Kepala Riset di Fundstrat, dalam catatan hari Selasa.
Sentimen pendukung selanjutnya ialah indeks inflasi yang menjadi referensi favorit The Fed pada November lalu, hampir tidak mencatat kenaikan dan hanya berjarak satu tingkat dari target Bank Sentral, memperkuat fokus The Fed untuk memulai penurunan bunga acuan tahun depan.
Inflasi Harga Pengeluaran Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) inti, yang tidak termasuk komponen makanan bergejolak dan harga energi, naik 0,1% dibandingkan Oktober, berdasarkan laporan dari Biro Analisis Ekonomi Amerika Serikat. Sementara indeks inflasi PCE inti tercatat 3,2% yoy.
Secara tahunan, inflasi inti tercatat naik 1,9% yang merupakan pertama kalinya indeks inflasi inti PCE ini berada di bawah target The Fed dalam lebih dari tiga tahun.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data ekonomi AS terkini menggarisbawahi tekanan atas Bank Sentral AS untuk memenuhi pemangkasan suku bunga yang lebih besar di 2024 seperti yang diumumkan minggu lalu.
“Pasar finansial berspekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan menjadi 3,8% hingga akhir 2024, turun dari 3,83% sebelum rilis data PDB 3Q23 AS. Ini karena penurunan tajam laju inflasi membuat kisaran suku bunga Federal Funds Rate (FFR) saat ini di 5,25% - 5,50% terasa terlalu ketat dan membatasi aktivitas ekonomi,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pada tahun 2024 akan tumbuh 4,7%–5,5% yoy. Pemilu akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tahun 2024. Bersamaan dengan momentum tersebut, belanja Pemerintah juga berpotensi meningkat seiring dengan pembangunan Proyek Strategis Nasional.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,4% ke 7.237 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun penguatannya tertahan oleh Upper Band.
“Waspadai akan adanya koreksi pada IHSG yang akan menguji rentang 7.209-7.218 terlebih dahulu, meskipun kami perkirakan posisi IHSG saat ini sedang berada di akhir wave (v) dari wave [i],” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (27/12/2023).
Herditya juga memberikan catatan, diperkirakan, penguatan IHSG akan menguji ke area 7.262.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham AMMN, BSDE, KLBF dan MAPI.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi uji pivot 7.250 pada perdagangan Rabu (27/12).
“Secara teknikal, Stochastic RSI masih mengarah naik diikuti dengan MACD yang masih membentuk positive slope memperkuat proyeksi tersebut,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan BBNI, BMRI, BRIS, ASII, CTRA, TLKM, ACES, AMRT, ERAA, dan KLBF.
(fad)