Marsudi juga mengatakan masyarakat harus bisa membedakan antara 'amin' yang merupakan akronim dari Anies-Muahimin, dengan aamiin' dalam shalat yang artinya kabulkan doa kami.
Marsudi meminta umat untuk membedakan isyarat telunjuk nomor urut capres dengan isyarat telunjuk tasyahud dalam salat. Dia berharap masyarakat cerdas dalam menyikapi hal ini, serta tidak tergiring oleh opini yang menyesatkan.
"Jadi bedakan. Masyarakat harus cerdas dan harus tahu ini (perbedaan)," ujarnya.
Hati-hati Agama Jadi Candaan
Ketua MUI Bidang Fatwa Prof KH Asrorun Niam Sholeh mengimbau hal serupa.
"Setiap kita harus berhati-hati dengan urusan ibadah, jangan menggunakan ibadah sebagai bahan candaan yang bisa berdampak pada ihanah (mengejek dalam sikap merendahkan," kata Niam.
Bukan hanya terkait dengan agama, tetapi juga terkait ibadah, suku dan sejenisnya.
"Tapi intinya setiap kita perlu berhati-hati dalam menyampaikan candaan di ruang publik," tegasnya.
"Apalagi terkait itu masalah agama, masalah suku, masalah ibadah, dan sejenisnya. Agar tidak terjerumus pada hal-hal yang terlarang," sambungnya.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan alias Zulhas viral ucapannya soal gerakan salat. Usai viral, ucapan Zulhas lalu dilaporkan ke polisi. Menteri Perdagangan (Mendag) tersebut dianggap telah melakukan penistaan agama.
Hal itu bermula dari ucapan viral Zulhas yakni sebagai berikut:
"Saya keliling daerah, anu, pak Kiai pak Kiai Toha, kalau sini aman, Jakarta enggak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau salat Maghrib baca 'waladholin' Al-Fatihah baca 'waladholin..' Ada yang diem sekarang, pak. Ada yang diem sekarang banyak saking cintanya sama pak Prabowo itu," kata Zulhas dalam Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/12/2023).
"Itu kalau tahiyatul akhir awalnya gini (menunjukan jari telunjuk) sekarang jadi gini (menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengah)," kata dia lagi. "Itu pak teman-teman itu saking itu pak."
(ain)