Perubahan ini terjadi ketika China mengerahkan upayanya di Laut Cina Selatan, yang diklaim Beijing sebagai miliknya, dan di Selat Taiwan.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo bahwa hubungan antara kedua negara kini menghadapi “kesulitan serius” menyusul konfrontasi maritim.
Perselisihan baru-baru ini terfokus pada Second Thomas Shoal, tempat kapal-kapal dari kedua negara saling berhadapan terkait upaya Filipina untuk memasok kapal yang berlabuh di sana pada 1999.
Insiden tersebut mendorong para pejabat Amerika dan Filipina untuk menegaskan kembali perjanjian yang mewajibkan Washington untuk membela Manila jika terjadi serangan bersenjata.
Militer China telah mengadakan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan sebanyak dua kali sejak Agustus 2022 karena Presiden Tsai Ing-wen bertemu dengan anggota parlemen senior AS. Kedua latihan tersebut melibatkan angkatan laut China yang berlatih blokade. Xi telah berjanji untuk membawa Taiwan ke bawah kendali Beijing pada akhirnya, dengan kekerasan jika diperlukan.
Hu sebelumnya menjabat sebagai kepala staf angkatan laut, dan sebelumnya menjadi kapten kapal selam. Dia bergabung dengan misi terkenal pada 2002 di mana kapal perusak China berlayar keliling dunia selama empat bulan.
Xinhua juga mengindikasikan bahwa Wang Wenquan adalah komisaris politik baru Komando Teater Selatan, yang mengawasi aktivitas militer China di Laut Cina Selatan. Wang juga dipromosikan menjadi jenderal.
Secara terpisah, Global Times yang dikelola pemerintah memuat artikel pada Senin malam yang menandai peringatan 15 tahun angkatan laut China melindungi kapal dari bajak laut di Teluk Aden dan lepas pantai Somalia. Artikel tersebut juga menunjuk pada misi China yang melibatkan Libya, Yaman dan Sudan.
Artikel ini menyoroti dorongan China agar angkatan lautnya lebih aktif di seluruh dunia. Awal bulan ini, AS meminta informasi lebih lanjut tentang pangkalan angkatan laut di Kamboja setelah kunjungan kapal perang China yang jarang terjadi.
Washington telah lama khawatir bahwa Beijing menginginkan fasilitas militer di negara Asia Tenggara tersebut, yang dapat memberikan akses lebih baik ke Selat Malaka dan Samudra Hindia.
(bbn)