Sepanjang musim penghujan, defisit stok beras diprediksi akan tetap berlanjut. Bapanas memprediksi kekurangan stok beras pada September mencapai 188.99 ton, Oktober sebesar 343.703 ton, November sebesar 728.245 ton, dan 1,29 juta ton pada Desember 2023.
"Banyak bulan-bulan yang defisit jadi perhatian kami pemerintah dan stakeholder, bagaimana pemerintah bersama stakeholder menjaga stabilitas harga beras," tutur Maino.
Maino mengatakan, produksi beras tertinggi akan terjadi pada panen raya Maret 2023 sebesar 5,9 juta ton. Sedangkan, perkiraan produksi beras paling sedikit atau terkecil yaitu pada Desember 2023 sebesar 1,32 juta ton. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan dua kali impor beras yaitu 298.371 ton pada Januari dan 178.674 ton pada Februari 2023.
"Produksi tahun ini diperkirakan mencapai 55 juta ton gabah [gabah kering giling atau GKG] atau setara 31,9 juta ton beras," ungkapnya.
Pemerintah melalui Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) telah menargetkan penyerapan hasil produksi untuk cadangan beras pemerintah [CBP] tahun ini sebesar 2,4 juta ton. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas menyatakan akan menyerap 70% target CBP pada masa panen raya di Februari-Maret 2023.
"70% dari target penyerapan 2,4 juta ton akan diambil dari panen raya. Sisanya baru akan diambil pada panen selanjutnya" katanya beberapa waktu lalu kepada awak media di Kantor Pusat Bulog, Jakarta.
(rez/frg)