Untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060, Jodi mengatakan Indonesia berambisi mengembangkan teknologi CCS dan membentuk hub CCS.
“Inisiatif ini tidak hanya akan menampung CO2 domestik tetapi juga menggali kerja sama internasional,” jelas Jodi.
“Ini menandakan era baru bagi Indonesia, di mana CCS diakui sebagai 'license to invest' untuk industri rendah karbon seperti blue ammonia, blue hydrogen, dan advanced petrochemical,” lanjutnya.
Menurutnya, pendekatan tersebut bisa menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia, dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.
Jodi juga menjelaskan, CCS memerlukan investasi yang besar. Seperti sebelumnya MOU antara pemerintah Indonesia dan ExxonMobil baru-baru ini mencakup investasi 15 miliar USD dalam industri bebas emisi CO2.
“Sebagai perbandingan, proyek CCS Quest di Kanada membutuhkan 1.35 miliar USD untuk kapasitas 1.2 juta ton CO2 per tahun. Data ini menyoroti pentingnya alokasi penyimpanan CO2 internasional dalam memfasilitasi investasi awal yang besar untuk proyek CCS,” jelasnya.
Jodi juga mengatakan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Australia juga bersaing untuk menjadi pusat CCS regional.
Oleh karena itu, Jodi menegaskan bahwa potensi ini penting dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menjadi pusat strategis dan geopolitik.
“Inisiatif ini diharapkan tidak hanya membantu Indonesia dalam mencapai tujuan lingkungan global, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inovatif,” pungkasnya.
(azr)