“Hal ini membuat debat terjebak pada diskusi yang cenderung teknis dan kurang memberi ruang pada munculnya visi, nilai, dan sikap yang jelas dari masing-masing kandidat atas arah kebijakan yang hendak dikomunikasikan,” ungkap dia.
“Apalagi topik-topik berat dan spesifik tersebut harus didiskusikan dengan format debat yang cukup ketat dalam hal waktu dan flow tanya jawab yang menyulitkan pembahasan secara komprehensif dan mendalam. Membuat pembahasan menjadi sangat menggantung dan sulit dipahami oleh masyarakat awam,” ucap dia.
Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia justru beranggapan pembahasan ekonomi pada debat cawapres tadi malam di JCC, Senayan, tidak menyentuh substansi. Seluruhnya masih pada level permukaan seperti ekonomi UMKM ataupun ekonomi digital.
“Kurangnya saya melihat perdebatan-perdebatan masih sekedar isu-isu aktual, masih sekedar mengangkat persoalan yang ada di masyarakat. Belum katakanlah 80% sampai 100% belum mengungkap substansi dari isu ekonomi tersebut,” ucap Ujang.
(azr/wep)