Dia pun mengungkap capaian pendapatan negara usai Jokowi menerapkan hilirisasi pada nikel. Menurut dia, sebelum hilirisasi, nilai ekspor yang diperoleh hanya US$3 miliar. Sedangkan usai hilirisasi, kata dia, penerimaan negara melonjak hingga US$33 miliar.
"Ini saya baru bicara Nikel, belum bicara tembaga, bauksit, timah, dan lain-lain," ujar Gibran.
Gibran juga mengklaim pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menjadi simbol pemerataan pembangunan di Indonesia. “Pembangunan wajib sekarang. Investasi yg ada di pulau jawa 53%, pembangunan IKN yang berkelanjutan ini akan membuka titik pertumbuhan ekonomi baru membuka akses konektivitas sekaligus lapangan kerja,” ujarnya.
“IKN ini bukan hanya membangun bangunan pemerintahan tetapi simbol pemerataan pembangunan Indonesia, simbol transformasi Indonesia.”
Dalam paparannya, Gibran juga mengatakan soal visi misinya terkait dengan mewaspadai soal middle income trap. Dia mengatakan, Indonesia adalah negara besar sehingga harus mampu keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan menengah) tersebut. Dia menyingkap dua hal yang harus dilakukan agar Indonesia terhindar dari middle income trap.
Terakhir Gibran menjanjikan kelahiran Badan Penerimaan Pajak bila terpilih menjadi Cawapres 2024-2029. Hal tersebut disampaikan Gibran untuk menjawab pertanyaan dari Mahfud MD dalam Debat Cawapres.
"Saya mau bertanya di dalam visi misi anda ratio pajak dinaikkan 10% itu tdk masuk akal, bagaimana cara anda menaikan rasio pajak?" tanya Mahfud MD kepada Gibran.
Gibran menjawab bahwa menaikan penerimaan pajak dan menaikan rasio pajak adalah hal yang berbeda. Menurut dia, untuk menaikan penerimaan pajak diperlukan lembaga baru yaitu Badan Penerimaan Pajak. "Itu adalah Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai melebur jadi satu dan langsung di bawah Presiden," ujarnya.
Menurut dia, Badan Penerimaan Pajak di bawah Presiden akan memudahkan koordinasi lintas kementerian dalam meningkatkan penerimaan pajak.
(dba)