Logo Bloomberg Technoz

Harga Apple telah mencapai 29 kali dari proyeksi laba tahun depan, hampir dua kali lipat dari valuasi rata-rata 10 tahun terakhir.

“Risiko terbesar bagi model bisnis perusahaan-perusahaan berkapitalisasi besar (megacaps)  saat ini adalah perputaran uang ke nama-nama lain,” ujar Eric Clark, manajer portofolio di Accuvest Global Advisors, yang telah memangkas posisinya di Apple dan beberapa saham teknologi besar lainnya.

Pergerakan penambahan atau pengurangan kapitalisasi pasar Apple sejak tahun 2004. (Dok: Bloomberg)

Clark mencatat bahwa saham-saham megacaps yang menghadapi valuasi lebih tinggi, pertumbuhan lebih lambat, dan perbandingan lebih ketat dari tahun ke tahun, membuat para investor mengalihkan dana ke “area-area lain yang menurut saya memiliki potensi keuntungan yang lebih besar di tahun 2024.”

Para pedagang telah percaya pada saham-saham teknologi bluechip tahun ini karena Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga. Kini, dengan sinyal bahwa suku bunga mungkin telah mencapai puncaknya karena inflasi mereda, para investor mengembangkan pencarian ke saham-saham yang lebih berisiko karena reli meluas.

Dengan valuasi terus melebar, setiap kenaikan Apple kemungkinan besar didorong oleh akselerasi laba. Wall Street saat ini mengantisipasi pertumbuhan pendapatan hanya 3,7% pada tahun fiskal 2024 dan ekspansi laba sebesar 7,6%, menurut rata-rata estimasi analis yang dihimpun Bloomberg.

Terputusnya kenaikan perusahaan ke nilai pasar lebih dari US$3 triliun dan prospek pertumbuhannya yang lemah, membantu menjelaskan mengapa antusiasme analis telah reda. 

Hampir dengan suara bulat bullish pada perusahaan-perusahaan teknologi besar, Wall Street lebih berhati-hati khusus untuk Apple. 

Saham ini hanya menarik 34 rekomendasi beli. Itu tidak sebanding dibandingkan dengan 67 rekomendasi Amazon.com Inc, 65 untuk Meta Platform Inc, dan 59 untuk Nvidia Corp. Seluruhnya mengatakan bullish.

Meski demikian, tidak semuanya berpandangan bearish. Analis Wedbush Securities, Daniel Ives, memproyeksikan bahwa saham ini akan bernilai US$4 triliun pada akhir tahun depan.

Target harga tertinggi di Street sebesar US$250 lebih tinggi dari US$199 yang diperkirakan oleh para analis secara rata-rata, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. 

“Meskipun masih ada kekhawatiran seputar larangan pemerintah akan iPhone di China, masalah ini sangat dapat dikendalikan dan tidak mengurangi permintaan untuk Cupertino di wilayah utama ini berdasarkan pemeriksaan kami baru-baru ini,” tulis Ives dalam sebuah catatan.

Bahkan bagi Clark dari Accuvest, tantangan-tantangan ini tidak mengurangi pandangannya bahwa iPhone Apple adalah “barang kebutuhan konsumen terbesar yang pernah diciptakan” dan oleh karena itu “diperlukan harga yang lebih tinggi.”

(bbn)

No more pages