Sebagian besar Bursa Saham Asia juga menapaki jalur penguatan. Pada pukul 12.50 WIB siang hari, Straits Time (Singapura) menguat 0,97%, Topix (Jepang) dengan kenaikan 0,46%, serta IHSG (Indonesia) yang menguat 0,42%.
Senada, TW Weighted Index (Taiwan) melonjak 0,3% dan PSEI (Filipina) terapresiasi 0,14%, KOSPI (Korea Selatan) naik 0,14%.
Bursa Saham Asia mendapati katalis positif dari yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street berhasil menetap dan menutup perdagangan di zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berhasil menguat 0,87%. Menyusul S&P 500 dan Nasdaq Composite jatuh masing-masing 1,03% dan 1,26%.
Hal ini dipicu oleh data terbaru yang menggarisbawahi tekanan pada Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memberikan lebih banyak pemotongan suku bunga acuan pada 2024 dibandingkan dengan yang diumumkan pekan kemarin.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data pada hari Kamis menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) direvisi turun menjadi kenaikan tahunan sebesar 4,9% pada kuartal ketiga, di bawah proyeksi konsensus 5,2%.
Data konsumsi pribadi kuartal ketiga juga lebih lemah dari perkiraan. Di mana Personal Consumption juga melambat menjadi hanya 3,1% dari perkiraan sebelumnya 3,6%.
Angka dan data-data tersebut "Sejalan dengan narasi bahwa perekonomian yang melambat akan membuat The Fed tetap pada jalur untuk memotong suku bunga dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Chris Larkin, Direktur Pengelolaan Perdagangan dan Investasi di E*Trade dari Morgan Stanley.
"Sentimen ini memainkan peran besar dalam kenaikan pasar akhir-akhir ini,” tambahnya.
(fad)