Kondisi itu, menurut Juda, bisa membantu pertumbuhan kredit perbankan tahun depan lebih tinggi dibanding tahun 2023, yakni di kisaran 10%-12%. "Dengan perkembangan itu kami perkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 masih bisa di atas 5%, di kisaran 4,7%-5,5%," kata Juda.
Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyoroti pola konsumsi masyarakat saat ini yang perlu diwaspadai karena menyiratkan sinyal tekanan konsumsi masyarakat.
"Bila melihat data, kelompok masyarakat dengan pengeluaran di bawah Rp5 juta mencatat kenaikan konsumsi tapi tingkat saving menurun. Pertanyaannya, dia biayai [konsumsi] dari mana? Ada kemungkinan 'deshuffling' yang bisa berarti konsumsinya melambat, ini juga sejalan dengan Mandiri Spending Index di mana pola konsumsi mulai defensif di mana konsumsi terbesar masyarakat saat ini adalah makanan, ini ciri ekonomi yang melambat. Jadi ada kemungkinan tekanan konsumsi," kata Chatib.
(rui)