"Kemudian dari sisi investasi dan ekspor sudah very fragmenented. Ini menimbulkan downside, eksternal sedang tidak friendly," sebutnya.
Oleh karena itu, menurut Sri Mulyani, Indonesia harus mengedepankan potensi ekonomi dalam negeri. Indonesia memiliki modal permintaan domestik yang kuat.
Dengan demikian, imbuh Sri Mulyani, kebijakan fiskal akan terus menopang dan mendorong daya beli rakyat. Misalnya dengan insentif untuk pembelian rumah dan kendaraan bermotor.
"Insentif pembelian rumah dan mobil ditujukan agar supply side memiliki multiplier effect dan kelompok menengah daya belinya bisa tumbuh," ujarnya.
Selain konsumsi, demikian Sri Mulyani, pemerintah juga akan mengoptimalkan faktor domestik dengan menggenjot investasi. Namun ini membutuhkan dukungan pembiayaan dari perbankan.
"Untuk investasi, credit growth perbankan cukup baik walau belum setinggi yang diharapkan. Jangan sampai 2024 ada ngerem untuk credit growth," tegasnya.
(aji)