Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data pada hari Kamis menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) direvisi turun menjadi kenaikan tahunan sebesar 4,9% pada kuartal ketiga, di bawah proyeksi konsensus 5,2%.

Data konsumsi pribadi kuartal ketiga juga lebih lemah dari perkiraan. Di mana Personal Consumption juga melambat menjadi hanya 3,1% dari perkiraan sebelumnya 3,6%.

Angka dan data-data tersebut "Sejalan dengan narasi bahwa perekonomian yang melambat akan membuat The Fed tetap pada jalur untuk memotong suku bunga dalam waktu yang tidak terlalu lama," kata Chris Larkin, Direktur Pengelolaan Perdagangan dan Investasi di E*Trade dari Morgan Stanley.

"Sentimen ini memainkan peran besar dalam kenaikan pasar akhir-akhir ini,” tambahnya.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Inggris memperlihatkan laju inflasi utama melambat jadi 3,9% Y/Y di bulan November, terendah sejak September 2021, dari sebelumnya 4,6% Y/Y di bulan Oktober dan jauh di bawah ramalan 4,4%.

“Inflasi Inti (Core CPI) tumbuh melambat selama empat bulan beruntun menjadi 5,1% Y/Y, terendah sejak Januari 2022, dari 5,7% Y/Y di bulan Oktober dan jauh di bawah ramalan pasar, 5,6%,” tulis riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Dari AS, data Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index/CCI) AS yang dirilis oleh the Conference Board lompat ke level 110,7 di bulan Desember dari level 101,0 di bulan sebelumnya dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar 104,5.

Sebagai sentimen lanjutan, investor akan mencermati data inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada Jumat malam waktu setempat, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti, yang diperkirakan akan mencapai target 2% dari Bank Sentral.

Jika sesuai prediksi dan prakiraan, para swap trader memperkirakan sekitar 150 basis poin pemotongan suku bunga acuan The Fed pada kebijakan tahun depan, dua kali lebih besar dari sinyal Bank Sentral.

Dari dalam negeri, sesuai dengan ekspektasi pasar Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di 6,0% selama tiga bulan berturut-turut.

Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility di 5,25%, dan suku bunga Lending Facility di 6,75%.

Terhitung mulai 21 Desember 2023, BI menggunakan nama BI-Rate sebagai suku bunga kebijakan menggantikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter.  

Penggantian nama ini tidak mengubah makna dan tujuan BI-Rate sebagai sikap (Stance) kebijakan moneter BI, serta operasionalisasinya tetap mengacu pada transaksi reverse repo BI tenor 7 hari.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,14% ke 7.210 disertai dengan munculnya volume penjualan, pada pergerakan kemarin IHSG pun sudah menutup gap yang ada di 7.187-7.196.

“Selama IHSG masih mampu berada di atas 7.092 sebagai supportnya, maka posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave (v) dari wave [i]. Hal tersebut berarti IHSG masih berpeluang melanjutkan,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (22/12/2023).

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham ARTO, BIRD, MEDC dan SMRA.

Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi bangkit dan menguat, dengan berpeluang kembali uji resistance ke 7.230–7.250

“Data-data ekonomi terbaru yang didukung dengan petunjuk pemangkasan suku bunga acuan hingga tiga kali di 2024 membangun keyakinan terhadap peluang soft-landing,” tulisnya.

Phintraco juga menambahkan dalam catatan, peningkatan risiko keamanan di jalur pelayaran Laut Merah memicu spekulasi peningkatan demand terhadap komoditas energi dari wilayah yang jauh dari wilayah konflik.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan SMDR, BBNI, ISAT, PWON, TBIG, TINS, dan BMTR.

(fad)

No more pages