Klaim pengangguran juga masih rendah meski ada kenaikan tipis dibanding periode sebelumnya. Sementara klaim pengangguran lanjutan juga lebih kecil dibanding sebelumnya walaupun di atas perkiraan pasar.
Lanskap itu mungkin memberikan peluang bagi rupiah untuk melakukan perlawanan terhadap the greenback hari ini setelah dua hari berturut-turut tertekan dan terakhir ditutup di level Rp15.525/US$.
Namun, rupiah secara teknikal terlihat masih menghadapi potensi pelemahan dengan target koreksi menuju area level Rp15.550/US$, level support terdekat sampai dengan MA-50 dengan target pelemahan tertahan di Rp15.600/US$.
Apabila kembali break support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan terus menjauhi trendline ke Rp15.636/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah berhasil memanfaatkan sentimen positif dalam perdagangan hari ini, ada level resistance menarik dicermati pada level Rp15.500/US$ di MA-100 dan resistance selanjutnya Rp15.454/US$.
Sementara dalam jangka menengah, rupiah memiliki potensi penguatan optimis ke level Rp15.390/US$.
Kinerja rupiah membaik
Bank Indonesia menyebut kinerja rupiah sejauh ini masih lebih baik dibandingkan mata uang Asia lain seperti baht Thailand, rupee India, dan peso Filipina, selama 2023 ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah menguat 0,37% year-to-date dibandingkan dengan level akhir Desember 2022. Capaian itu lebih baik dibandingkan dengan peso, rupee dan baht yang masing-masing mencatat pelemahan 0,85%, 0,53%, dan 0,05%.
"Penguatan nilai tukar rupiah berlanjut sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 20 Desember 2023 menguat secara rata-rata sebesar 0,44% dibanding perkembangan pada November 2023," ujar Perry, Kamis (22/12/2023).
Di samping kebijakan stabilisasi BI, Perry menjelaskan, masih lebih baiknya kinerja rupiah didorong oleh kembali masuknya aliran modal portofolio asing. Nilai net inflows pada kuartal IV-2023 sampai 19 Desember mencapai US$5,1 miliar.
Ke depan, Bank Indonesia tetap akan mewaspadai sejumlah risiko yang mungkin muncul dan memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah. Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran masuk modal asing dari luar negeri.
Sejauh ini, BI sudah menerbitkan SRBI sebesar Rp229,95 triliun, lalu SVBI sebesar US$421,5 juta dan SUVBI senilai US$129 juta. Asing sudah cukup banyak yang menempatkan dana di tiga instrumen itu, masing-masing sebesar Rp52,87 triliun di SRBI, lalu SVBI sebanyak US$6 juta, sementara di SUVBI asing belum ada penempatan dana.
(rui)