Dikutip dari Al Jazeera, Sinwar terpilih menjadi anggota badan keputusan utama Hamas, Politbiro, pada 2017 sebagai pemimpin politik Hamas di Gaza. Menurut penelitian Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, dia kemudian menjadi pemimpin de facto Politbiro. Departemen Luar Negeri AS telah menetapkan Yahya Sinwar sebagai teroris global sejak tahun 2015.
Akan tetapi, Sinwar tidak bisa dilihat sebagai satu-satunya pemimpin Hamas walaupun dia adalah pemain kunci. Dikutip dari CNN, ada dua pejabat Hamas lain yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober. Selain Sinwar, ada Mohammed al-Masri, yang dikenal sebagai Mohammed Deif sebagai komandan Brigade Al-Qassam, dan wakil Deif, Marwan Issa. Deif dikatakan adalah sosok yang mengumumkan serangan pada 7 Oktober.
Menjadi Tahanan Israel
Sinwar lahir pada 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Gaza selatan. Keluarganya mengungsi dari Al-Majdal, sebuah desa Palestina di Askhelon modern, selama perang Arab-Israel.
Dia bergabung dengan Hamas pada akhir tahun 1980-an dan menjadi salah satu pendiri aparat intelijen internal yang paling ditakuti, yang dikenal sebagai Majd. Dia dihukum pada 1988 karena berperan dalam pembunuhan dua tentara Israel dan empat warga Palestina yang dicurigai bekerja sama dengan Israel, dan menghabiskan lebih dari dua dekade di penjara Israel.
Sinwar mengatakan dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari musuhnya, termasuk belajar bahasa Ibrani. Dia dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari kesepakatan yang menukar lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan Glad Shalit, seorang tentara IDF yang telah ditangkap dan dibawa ke Gaza, di mana dia ditahan selama lebih dari lima tahun.
Peran di Hamas
Sebagai pemimpin politik Hamas, Yahya Sinwar fokus pada hubungan luar negeri kelompok tersebut. Menurut ECFR, dia bertanggung jawab memulihkan hubungan Hamas dengan para pemimpin Mesir yang mewaspadai dukungan kelompok tersebut terhadap politik Islam, dan karena terus menarik dana militer dari Iran.
Sinwar dianggap sebagai pengambil keputusan penting dan kemungkinan menjadi kontak utama di Gaza selama negosiasi intens mengenai pengembalian lebih dari 240 sandera yang diculik oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober. Diskusi tersebut melibatkan tokoh senior dari Israel, Hamas, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.
(del/roy)