Arah Bunga Acuan BI Terbeban Harga Sembako
Ruisa Khoiriyah
21 December 2023 16:15
Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketidakpastian global yang mulai mereda seiring dengan sinyal penurunan suku bunga global tahun depan, terlihat belum memberikan keyakinan bagi Bank Indonesia (BI) untuk memulai kebijakan pelonggaran moneter melalui penurunan bunga acuan lebih cepat pada 2024.
Inflasi pangan masih menjadi ancaman yang membayangi pengendalian harga domestik di tengah fenomena El Nino yang sejauh ini sudah mengguncang pasokan pangan global.
Di sisi lain, meskipun Federal Reserve (The Fed) telah memberi sinyal dovish dalam pertemuan FOMC terakhir pekan lalu, BI menilai penurunan bunga The Fed, Fed fund rate (FFR) baru akan terjadi pada semester II-2024 dengan kisaran lebih kecil ketimbang ekspektasi pasar yakni di 50 basis poin (bps). Ini berarti stabilitas nilai tukar rupiah dinilai masih menghadapi risiko yang perlu diantisipasi pada 2024, sehingga menjaga bunga acuan di 6% lebih lama menjadi langkah 'aman' bank sentral.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur bulanan, Kamis (21/12/2023), menyatakan, bank sentral ingin memastikan sasaran inflasi 2024-2025 di angka 1,5-3,5% bisa tercapai.
"Yang kami lihat adalah tercapainya sasaran inflasi dengan perkembangan nilai tukar yang stabil, probabilitas inflasi yang rendah dalam sasaran bisa semakin besar. Perkiraan kami inflasi bisa dipastikan 2,5% plus minus 1, itu bisa dipastikan di bawah 2% tapi risiko nilai tukar dan risiko-risiko lain mulai bisa kita pastikan pada semester II-2024. Jadi, bila ada ruang terbuka pada semester II-2024, itu bukan karena kami ikuti FFR, bila memang rupiah menguat lebih cepat dan inflasi lebih rendah [maka] ada saja ruang-ruang [penurunan BI rate] terbuka," jelas Perry di hadapan para jurnalis.