Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah terus bekerja keras untuk mengatasi polusi di DKI Jakarta. Salah satunya dengan mendorong transisi energi di Jakarta dibandingkan daerah lain.
"Kita dorong transisi energi di DKI Jakarta lebih dipercepat dibanding di daerah lain di Indonesia. Misalnya tidak boleh di DKI Jakarta menggunakan batu bara, atau diesel tapi diarahkan menggunakan listrik atau gas untuk industri yang ada disini, kita sedang menggarapnya dengan pemerintah DKI Jakarta untuk menjadi peraturan," kata Dirjektorat Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkuang hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (21/12/2023).
Sigit mengutarakan, polusi udara yang terjadi di Jakarta beberapa bulan lalu karena ada pengaruh dari negara tetangga, yaitu Australia.
"Terutama kita belajar di bulan Juli, Agustus, September, periode kritis di DKI Jakarta ternyata ada pengaruh dari angin Australia," beber Sigit.
Sigit juga mengatakan permasalahan kualitas udara di Indonesia yang buruk karena tiga hal. Yaitu berasal dari Forest Fire (Kebakaran Hutan), kendaraan bermotor, dan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara (PLTU Batu Bara)
"Kita mulai misalnya dari barat itu ada misalnya Lampung itu berkaitan dengan kebakaran lahan dan hutan, agak berjalan lagi ke arah timur kita ada Jakarta yang sebagian besar itu berkaitan dengan kendaraan bermotor, kalau Banten tadi berkaitan dengan pembangkit listrik yang bertenaga batu bara, kemudian di antara Jakarta kemudian di daerah Tanjung Jati itu kalau kita lihat itu adalah banyak area yang dilewati oleh tol jalan tol. Jadi sebagian besar itu sebagian besar disebabkan oleh PLTU, naik lagi ke Surabaya," lanjut Sigit
Sigit juga mengungkapkan tantangan yang saat ini di hadapi seperti di wilayah Sulawesi ada kegiatan nikel.
"Tapi di Sulawesi sudah mulai terdeteksi dari kegiatan nikel jadi ini juga yang sebagian besar ikannya masih menggunakan bahan baku dari fosil yang menjadi tantangan," kata Sigit.
(dec)