Logo Bloomberg Technoz

Saat dikonfirmasi lebih lanjut, Johny menjelaskan bahwa dimensi ini sudah beberapa kali memiliki poin paling rendah. Hal ini dipengaruhi oleh budaya ketimuran yang tidak terbiasa untuk menyampaikan komplain secara langsung. Selain itu, konsumen juga cenderung berkompromi bila barang yang dibeli tidak sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk barang-barang murah.

“Kalau bicara barang harga murah, ketika rusak mereka sadar ada harga ada barang. Perilaku komplain terpengaruh dari itu,” ujar Johny.

Merespon hal tersebut, Moga mengatakan, Kemendag dan berbagai instansi lainnya telah menyediakan media saluran pengaduan yang didukung dengan fasilitas kemajuan teknologi dan informasi. Sehingga konsumen bisa lebih aktif menyampaikan hak apabila merasa barang yang dibeli tidak sesuai harapan.

“Budaya kita lebih menerimo, dibanding komplain. Dengan media saluran pengaduan, diharapkan konsumen bisa lebih aktif menyampaikan hak apabila merasa barang yang dibeli tidak sesuai harapan,” ujar Moga.

Di lain sisi, preferensi barang dan jasa merupakan dimensi yang mendapatkan poin paling tinggi. Dalam hal ini, konsumen dinilai kritis untuk memilih produk yang akan dibeli dengan mempertimbangkan aspek harga, kualitas, brand/merek, pelayanan toko, produk dalam negeri dan produk luar negeri.

Selain itu, perilaku pembelian merupakan dimensi ke-2 dengan poin tertinggi di mana konsumen kritis untuk mengecek kondisi produk, membaca tanggal kadaluarsa, memperhatikan label standar produk (SNI) dan sebagainya.

Pemilihan barang dan jasa menempati posisi ke-3 di mana konsumen Indonesia kritis untuk pemilihan produk yang meliputi garansi produk, spesifikasi produk, dan tampilan produk.

Pada posisi ke-4 terdapat dimensi pencarian informasi, di mana konsumen dinilai mampu untuk melakukan pencarian informasi sebelum membeli barang atau jasa. Pada posisi ke-5 terdapat dimensi pengetahuan tentang Undang-Undang dan Lembaga Perlindungan Konsumen. Sementara pada posisi ke-6 adalah kecenderungan untuk berbicara, disimpulkan bahwa konsumen cukup jarang menceritakan pengalaman pembelian ataupun rekomendasi pembelian sebuah produk.

Adapun survei ini dilakukan sejak Maret hingga November 2023 pada 34 provinsi dengan sampel yang tersebar pada 9 sektor perdagangan dengan melibatkan 17.000 responden.

“Masing-masing provinsi 500 responden di mana 300 responden dilakukan secara offline dan 200 secara online,” pungkas Moga.

(dov/roy)

No more pages