Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) yang jatuh 17,4%, PT Mitra International Resources Tbk (MIRA) ambruk 12,5%, dan PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (JTPE) anjlok 11,7%.
Pada Selasa sore hari, Kospi (Korea Selatan) memimpin penguatan dengan melesat 1,78%. Disusul oleh indeks Nikkei 225 (Tokyo) yang menguat 1,37%, Topix (Jepang) naik 0,67%, Hang Seng (Hong Kong) terapresiasi 0,66%, serta IHSG (Indonesia) yang menguat 0,44%.
Bursa Saham Asia lainnya juga kompak menapaki jalur hijau. Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) melonjak 0,41%, SETI (Thailand) menguat 0,39% dan Weighted Index (Taiwan) meningkat 0,33%.
Sementara, Shanghai Composite (China) melemah 1,03%, Straits Time (Singapura) turun 0,28%, KLCI (Malaysia) kehilangan 0,08% dan PSEI (Filipina) melemah 0,01%
Menguatnya sejumlah indeks utama Bursa Saham Asia dan IHSG tersulut optimisme pasar atas pernyataan terbaru dari Gubernur Federal Reserve Richmond Thomas Barkin membuat kepercayaan diri pasar kembali bangkit.
Barkin menyatakan, Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menurunkan suku bunga apabila perkembangan disinflasi terus berlanjut, meski ia masih akan mencari lebih banyak bukti bahwa inflasi terarah ke 2%.
Di pasar swap, para investor kembali menaikkan ekspektasi terhadap penurunan Federal Funds Rate pada FOMC bulan Maret nanti sebesar 25 basis poin ke 5,25%, dengan probabilitasnya yang naik lagi mendekati 70%.
Sejak pekan lalu, The Fed memberi sinyal jelas bahwa mereka siap melonggarkan kembali kebijakannya yang ketat tahun depan, seiring dengan upaya untuk melakukan soft landing.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, menurut survei Bank of America Corp. pada Selasa, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed membuat para investor menjadi paling optimis sejak awal 2022. Para trader juga telah melepas taruhan akan kenaikan imbal hasil jangka pendek AS yang lebih tinggi karena para investor mundur dari keinginan untuk melawan kebijakan yang bersifat dovish.
Dari regional Asia, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) melaju sesuai dengan ekspektasi pasar dengan mempertahankan kebijakan moneter super longgar dengan alasan akan memantau trend harga dan upah sebelum menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di -0,1%.
“Suku bunga acuan yang negatif ini bertujuan untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit yang lebih besar lagi kepada dunia usaha dan konsumen,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad)