Logo Bloomberg Technoz

Erica Yokoyama - Bloomberg News

Bloomberg, Ekspor Jepang turun untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada November. Ini merupakan pertanda baru bahwa pemulihan ekonomi terhenti.

Kementerian Keuangan Jepang mengatakan pada Rabu bahwa nilai ekspor turun 0,2% dari tahun sebelumnya. Para ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 1,4%. Impor turun sebesar 11,9%, dibandingkan dengan konsensus penurunan sebesar 8,6%.

Defisit perdagangan melebar menjadi 776,9 miliar yen atau setara Rp83 triliun. 

Perekonomian Jepang mengalami kontraksi paling tajam sejak puncak pandemi, dalam tiga bulan hingga September.

Grafik ekspor Jepang. (Sumber: Bloomberg)

Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) mencatat dalam laporan outlook bulan Oktober bahwa ekspor dan produksi "diperkirakan akan tetap datar untuk saat ini, dipengaruhi oleh perlambatan laju pemulihan ekonomi di luar negeri." Hal ini terjadi meskipun yen melemah, yang biasanya akan mendukung pengiriman ke luar negeri.

Data pada Rabu menyoroti keadaan ekonomi global yang tidak stabil. Ekspor ke AS meningkat 5,3% secara tahunan, sementara eskpor ke Eropa datar, dan pengiriman ke China turun 2,2%.

Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pekan lalu memberi sinyal jelas bahwa mereka siap melonggarkan kembali kebijakannya yang ketat tahun depan, seiring dengan upaya untuk melakukan soft landing. 

Di Eropa, para ekonom melihat kemungkinan besar bahwa perekonomian mengalami kontraksi pada kuartal keempat, menempatkan negara tersebut dalam resesi teknis. Sementara itu, indikator ekonomi terbaru untuk China kurang menggembirakan.

"Pertumbuhan yang lebih lambat di China, AS, dan mitra dagang utama lainnya mulai membebani ekspor. Kenaikan harga batu bara dan gas alam kemungkinan akan menambah beban impor," ungkap Taro Kimura, ekonom dan Bloomberg Economics.

(bbn)

No more pages