Dia menambahkan, setelah pandemi Covid-19, penggunaan dana oleh konsumen dan pelaku usaha juga lebih baik menyambut pemulihan ekonomi, sehingga jumlah simpanan menurun.
"Kalau dilihat LDR (loan to deposit ratio) masih berada di level 83%-82%, masih ample (cukup) kalau dilihat perbankan secara keseluruhan," ujar Doan.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pertumbuhan kredit tumbuh 8,99% pada Oktober 2023. Angka ini terbilang stabil, jika dibandingkan dengan akhir triwulan III 2023 yang berada pada level 8,96%.
“Kami memperkirakan penyaluran kredit pada tahun 2023 dan 2024 masih akan mencatat pertumbuhan yang sehat pada 9%. Bank Indonesia juga mengindikasikan pertumbuhan kredit tahun 2023 ini akan mencapai kisaran 9% - 11%”, kata Andry.
Lanjutnya, ia mengungkap perilaku nasabah yang kembali menggunakan dananya untuk konsumsi atau investasi merupakan salah satu faktor pendukung hal ini. Meskipun begitu, likuiditas perbankan secara umum masih dalam kondisi baik, seperti yang Andry katakan bahwa rasio Loan to Deposit (LDR) masih berada pada 84%.
“Dari konsumen maupun pelaku usaha menyambut pemulihan ekonomi, kelihatan savingnya mulai menurun,” ujar Dian.
Tak hanya itu, Andry juga menilai kebijakan repatriasi Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta insentif likuiditas bisa menjadi penopang likuiditas sistem keuangan, termasuk menopang pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Di sisi lain, Bank Mandiri juga mengingatkan terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya perlambatan ekonomi. Seperti kondisi ekonomi global pada tahun 2024 yang masih pada kondisi tidak pasti, hingga adanya periode penyelenggaraan Pemilu yang bisa menimbulkan risiko perlambatan ekonomi.
“Di tahun politik dari sisi investasi domestik perbedaannya tidak terlampau jauh dengan yang diluar tahun politik, ada tetap potensi-potensi permintaan cukup besar untuk kredit. Satu hal yang perlu kita perhatikan, dari cycle politik itu jangan dilihat saat tahun politik saja, tapi forward looking-nya,”ujar Andry.
Terakhir, Andry juga melihat perlambatan ekonomi Tiongkok masih akan menjadi risiko bagi perekonomian Indonesia, karena Tiongkok adalah salah satu mitra dagang dan mitra investasi utama bagi Indonesia.
(lav)