Logo Bloomberg Technoz

Israel Dilema Berat: Antara Sandera atau Hancurkan Hamas

Rosmayanti
19 December 2023 20:10

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (Dok. Bloomberg)
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (Dok. Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Israel mulai mendapatkan tekanan dari berbagai pihak terkait agresi militer di Gaza setelah bertambahnya korban sipil setiap hari, yang kini sudah melebihi angka 19.000 korban jiwa. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dan pendukung utama, juga meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengurangi serangan di Gaza dan mengurangi korban warga sipil.

Selain itu, ada tekanan dari dalam negeri melalui demo-demo rakyat Israel agar nyawa sandera lebih diutamakan daripada agresi militer. Demo tersebut dipicu oleh tewasnya tiga tawanan berkebangsaan Israel oleh pihak militer negara itu, yang ditembak karena pihak tentara mencurigai adanya ancaman dari Hamas.

Guru Besar Magister Hubungan Internasional (MHI) Universitas Pelita Harapan (UPH) Aleksius Jemadu menilai saat ini Pemerintah Israel dalam keadaan dilema yang sangat berat. Pasalnya di satu sisi, Israel berada di bawah tekanan supaya agresi militernya tidak kendur lagi, apalagi terowongan Hamas sudah ditemukan. Namun di saat yang sama ada tekanan dari dalam dan luar negeri yang mementingkan nyawa para sandera dan warga sipil.

“Hanya saja dia menghadapi dilema yang tidak mudah diselesaikan. Saya pikir yang lebih penting itu kan nyawa dari para sandera itu kan, strategi militer itu mungkin ambisi militer, IDF, Netanyahu, tapi yang namanya nyawa manusia itu ya di tempat yang tinggi daripada kepentingan yang lain,” bebernya kepada Bloomberg Technoz, Selasa (19/12/2023).

Serangan udara Israel di distrik timur Khan Younis, Gaza, Sabtu (2/12/2023).(Ahmad Salem/Bloomberg)

Meski begitu, menurut Aleksius, selama Amerika Serikat (AS) tidak menarik dukungannya, Israel akan terus melakukan operasi militer. Yang paling penting bagi Israel, bantuan atau dukungan AS.