Ini merupakan langkah terbesar Nippon Steel, produsen terbesar di Jepang, untuk mengalihkan fokus ke luar negeri karena permintaan di dalam negeri berkurang. Produksi baja mentah Jepang berada dalam tren penurunan, dengan produksi turun menjadi sekitar 96 juta ton pada tahun fiskal 2021 dari sekitar 122 juta ton pada tahun fiskal 2007.
Transaksi ini memberikan pijakan yang besar dalam industri baja Amerika, dan oleh karena itu merupakan taruhan besar bahwa permintaan AS akan mendapat keuntungan dari meningkatnya belanja infrastruktur. Hashimoto mengatakan bahwa jejak Nippon Steel tidak tumpang tindih dengan US Steel.
"Akuisisi US Steel merupakan langkah yang lebih besar dari semua kapasitas yang diakuisisi Nippon Steel sebelumnya, yang dibangun di atas kepercayaan atas kebangkitan manufaktur yang dipicu oleh subsidi di AS," kata Yuchen Huo, seorang analis di BloombergNEF.
Sejak diperkenalkannya Undang-Undang Pengurangan Inflasi, minat terhadap manufaktur berteknologi bersih di AS telah melonjak di sektor kendaraan listrik, manufaktur komponen tenaga surya dan angin, yang memicu permintaan baja di masa depan.
Namun, tiga senator AS menentang pengambilalihan oleh perusahaan asing atas ikon Amerika yang berakar pada tahun 1901. United Steelworkers mendesak regulator AS untuk memeriksa kesepakatan ini, dengan mengatakan kekhawatiran terkait apa arti akuisisi ini bagi para karyawan.
Hashimoto dari Nippon Steel mengatakan bahwa perusahaan akan memperlakukan serikat pekerja dengan hati-hati. "Kami yakin kami dapat memperoleh pemahaman mereka melalui dialog yang cermat," katanya dalam konferensi pers.
(bbn)