"Perlambatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama karena penurunan kegiatan operasional sebagai dampak lemahnya permintaan domestik dan ekspor," jelas BI dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan hari ini.
Dalam survei yang dirilis Juli lalu terhadap 40 bank umum yang menguasai 80% aset perbankan di Tanah Air, pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2023 diprediksi di angka 10,9%, lebih rendah dibanding capaian tahun lalu di angka 11,35%.
Likuiditas Mengetat
Langkah BI mengerek bunga acuan hingga 225 bps selama Agustus 2022-Januari 2023 ditambah 25 bps tambahan pada Oktober lalu, memperketat likuiditas perbankan di tengah perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di bank.
Sampai September lalu, angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan RI naik ke 83,92%. Sebagai perbandingan, pada akhir 2022, rasionya masih 78,78%.
BI mensyaratkan maksimal LDR di 92%. Jika sudah hampir 84%, maka ruang untuk tumbuh menjadi sangat terbatas. Ibarat berenang, sudah di batas leher, sedikit lagi tenggelam. Likuiditas sudah ketat.
Pertumbuhan kredit yang mendekati 9% Oktober lalu pun tidak diimbangi dengan pertumbuhan DPK yang cuma naik tak sampai 4% di bulan yang sama. Penempatan dana perbankan di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) juga semakin merosot di mana per 15 Desember lalu sebesar Rp1.521,24 triliun, turun sekitar Rp176,19 triliun dibanding posisi akhir 2022.
Ketatnya likuiditas di bank juga terlihat dari tingkat bunga Jakarta InterBank Offer Rate (JIBOR) 3 bulan yang sudah di 6,95% per hari ini, begitu juga bunga JIBOR 1 bulan yang juga sudah cukup tinggi di 6,65%.
Sepanjang tahun ini, rata-rata bunga JIBOR 1 dan 3 bulan bergerak di kisaran 6,43% dan 6,77%. Bandingkan dengan tahun lalu yang masih di kisaran 4,16% dan 4,39%.
BI memang memberikan sokongan likuiditas pada perbankan melalui pemberian Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha.
Namun, sokongan itu terlihat belum cukup ampuh membawa pertumbuhan kredit mencetak angka double digit. Tahun ini, target pertumbuhan kredit ditetapkan oleh BI di angka 9%-11%.
Survei memperlihatkan, bank juga masih mempertahankan kebijakan kredit (lending standard) yang ketat. "Berdasarkan hasil survei November, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan kuartal IV-2023 secara umum sedikit lebih ketat, diperkirakan terjadi pada hampir seluruh jenis kredit kecuali KPR," jelas BI.
Ketatnya lending standard dipengaruhi oleh kondisi atau permasalahan di sektor riil saat ini, lalu risk appetite bank, kemudian proyeksi ekonomi ke depan dan potensi risiko kredit di masa mendatang.
Prospek 2024
Dalam paparan di acara Pertemuan Tahunan, BI menegaskan kebijakan makroprudensial tahun depan masih akan dipertahankan longgar untuk menyokong penyaluran kredit ke sektor riil. "Instrumen makroprudensial lain tetap longgar hingga Desember 2024," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI.
BI menyiapkan insentif likuiditas Rp159 triliun dengan tambahan sekitar Rp20 triliun yang bisa dimanfaatkan oleh bank. Pada saat yang sama, ada tambahan fleksibilitas likuiditas sekitar Rp80 triliun lagi untuk mendukung kredit dan stabilitas sistem keuangan.
Dengan strategi itu, BI yakin pertumbuhan kredit 2024 akan berhasil lebih baik di kisaran 10%-12% dan 11%-13% pada 2025 nanti.
Namun, dengan sinyal pengetatan moneter akan terus dipertahankan sepanjang tahun 2024, sepertinya masih akan sulit bagi pertumbuhan kredit bank untuk bangkit.
Bunga tinggi yang dipertahankan dalam waktu lebih lama akan membuat bunga kredit perbankan bertahan di level tinggi. Animo sektor riil dalam mengajukan pembiayaan atau kredit juga akan tertahan karena bunga yang masih mahal.
Sebagai gambaran, sejak mengerek bunga acuan pada Agustus 2022-Januari 2023 sebanyak 225 basis poin (bps) ditambah kenaikan reaktif demi rupiah pada Oktober lalu sebesar 25 bps, pergerakan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) terlihat masih di level tinggi.
Hasil asesmen terakhir yang dilansir BI bulan lalu, bunga kredit baru mencatat kenaikan. "Sejak peningkatan BI7DRR pada Agustus 2022, suku bunga kredit baru telah meningkat dari 9,11% menjadi 10,01%, atau sebesar 90 bps, yang terjadi di hampir seluruh kelompok bank terutama bank daerah dan bank asing," kata BI.
(rui/aji)