Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah di pasar spot pagi ini, Selasa (19/12/2023), sempat dibuka melemah tertekan sentimen global. Namun, lewat satu jam perdagangan pagi ini rupiah berhasil bangkit melawan dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dan keluar menjadi satu dari tiga valuta Asia yang menguat pagi ini.

Rupiah dibuka di kisaran lemah Rp15.523/US$, akan tetapi mata uang Indonesia akhirnya berhasil bangkit dengan bergerak rata-rata di rentang Rp15.504/US$, lebih kuat dibanding level penutupan kemarin. Rupiah sempat menyentuh titik terkuat di Rp15.488/US$ dan kini diperdagangkan di kisaran Rp15.494/US$. 

Penguatan rupiah sejauh ini mengungguli mayoritas mata uang Asia yang tertekan pagi ini menghadapi dolar AS. Won Korea Selatan menjadi mata uang Asia terlemah sampai saat ini dengan tergerus hingga 0,54%, disusul oleh yuan China yang melemah 0,16%, lalu dong Vietnam yang tergerus 0,15%.

Rupiah, ringgit dan dolar Singapura sejauh ini keluar sebagai tiga mata uang Asia yang berhasil menguat sejauh ini. Ringgit memimpin penguatan dengan naik 0,29%, disusul rupoah 0,09% dan dolar Singapura 0,03%.

Indeks dolar AS sejauh ini terpantau bergerak melemah tipis 0,01%, di tengah kenaikan imbal hasil Treasury, surat utang AS, semua tenor dipimpin oleh tenor panjang 30 tahun sebesar 4,2 bps ke kisaran 4,05%.

Tiga pejabat Federal Reserve (The Fed) kembali melontarkan pernyataan yang mengikis optimisme penurunan bunga acuan tahun depan. 

Loretta Mester, Presiden Fed Cleveland dan Presiden Fed San Francisco Maria Daly dalam wawancara yang terbit Senin kemarin, menyatakan, ekspektasi penurunan bunga pada awal tahun depan adalah terlalu prematur. Dua pejabat ini memberi suara dalam rapat terbuka FOMC tahun depan.

Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dia terkejut dengan reaksi pasar yang sangat besar terhadap pembaruan proyeksi ekonomi triwulanan The Fed minggu lalu. “Saya sedikit bingung dengan – apakah pasar hanya berasumsi, 'inilah yang kami ingin mereka katakan?'” kata Goolsbee pada hari Senin dalam sebuah wawancara di CNBC. “Saya pikir tampaknya ada kebingungan tentang cara kerja FOMC. Kami tidak memperdebatkan kebijakan tertentu secara spekulatif mengenai masa depan.”

(rui/roy)

No more pages