Lebih lanjut, Arifin menyampaikan agar AZEC fokus kepada bidang kerja sama konkret yang bisa segera dilaksanakan, yaitu pengembangan transmisi tenaga listrik dan smart grid untuk mendukung energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi di semua sektor, termasuk bangunan gedung dan industri, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 33/2023 tentang Konservasi energi.
Dia menambahkan, kegiatan manajemen energi di industri pada 2022 telah mampu menghemat energi setara 20,4 TWh, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) 11,7 juta ton CO2, dan menghemat biaya bahan bakar Rp 13,4 triliun.
"Penghematan energi dan penurunan emisi GRK dapat lebih besar lagi, dengan sasaran utama adalah industri besi dan baja, semen, petrokimia, otomotif, makanan dan minuman, serta tekstil. Kegiatan efisiensi energi juga mampu mengatasi polusi udara akibat pembakaran langsung batubara di industri semen dan besi-baja," lanjutnya.
Adapun, usulan program unggulan kerja sama efisiensi energi industri dalam AZEC antara lain:
- Pemulihan limbah panas ke pembangkit listrik, dari proses memanfaatkan sisa panas yang dihasilkan dari proses industri di pabrik semen, besi-baja, dan petrokimia menjadi pembangkit listrik turbin gas untuk pemakaian sendiri, kapasitas 1 sampai dengan 10 MW.
- Elektrifikasi industri yang perlu pemanasan suhu rendah hingga sedang sampai dengan 400 derajat Celcius, termasuk industri makanan minuman, otomotif, dan tekstil untuk beralih dari boiler gas/batu bara menjadi pemanas elektrik atau pemompa panas.
(wdh)