"Ini yang menjadi peluang bagi kita bahwa Tiongkok dan India memberi peluang bagi ekspor Indonesia sehingga memberikan potensi pertumbuhan ekonomi nasional dapat mencapai 5,1% pada 2023," kata Perry.
Tantangan kedua, menurut Perry yakni kenaikan suku bunga di negara maju, khususnya AS. Ia memperkirakan bank sentral AS, The Fed, masih akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali hingga Juni mendatang, dari semula yang diperkirakan hanya dua kali. Kebijakan ini diyakini akan berdampak pada penguatan mata uang dolar AS terhadap rupiah.
"Kami meyakini setelah titik tertinggi dan meredanya tekanan pasar keuangan global, nilai tukar rupiah akan semakin stabil dan menguat," ujarnya.
Perry juga mengungkapkan perkembangan dan inovasi digital yang terus berkembang turut membawa sistem ekonomi dan keuangan Indonesia menjadi semakin kompleks. BI memperkirakan, nilai transaksi digital yang dihasilkan platform e-commerce nilainya mampu mencapai Rp 533 triliun dengan transaksi uang elektronik mencapai Rp 495 triliun.
"Kami telah medukung dengan akselerasi kebijakan digitalisasi sistem pembayaran sejak 2019. Kami akan terus mengembangkan CB digital rupiah dengan Project Garuda. Dan juga mempercepat proses sistem pembayaran antar negara," kata Perry.
(evs)