Tahun depan, investor memperkirakan Federal Funds Rate bisa mulai diturunkan. Ini menjadi sentimen positif bagi harga emas, mengingat emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Berinvestasi di emas kurang menguntungkan saat suku bunga naik.
“Pasar masih melanjutkan ekspektasi mereka terhadap arah kebijakan The Fed. Jika ekonomi AS tidak membaik pada awal 2024 dan The Fed menurunkan suku bunga acuan, maka harga emas bisa saja kembali mencatat rekor tertinggi,” kata Everett Millman, Chief Market Analyst di Gainesville Coins, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih cenderung bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 53,31. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, RSI emas hanya tipis di atas 50. Ini menunjukkan bahwa emas sejatinya netral saja.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di angka 28,26. Masih di atas 20, yang berarti belum jenuh jual (oversold).
Perkembangan ini menyebabkan harga emas masih berpeluang naik, meski ruangnya makin terbatas. Target resisten terdekat ada di US$ 2.019/ons, yang jika tertembus bisa membuat harga naik lagi menuju US$ 2.023/ons.
Sementara target support terdekat adalah US$ 2.013/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas meluncur turun ke US$ 1.989/ons.
(aji)