"Kalau di satu tempat pasti akan terganggu dan kita sudah buktikan kalau dipasang 100 lokasi secara tersebar, tidak ada intermentensinya karena bisa saling mengisi. Kan intermitensi itu bukan disebabkan karena mataharinya berubah-ubah, tetapi karena faktor alam yang ada di atmosfer. Ada hujan, ada awan, ada segala macam," terangnnya.
Keakuratan uji teknis ini menjadi dasar pertimbangan pemerintah dalam menggenjot pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan menjadi sumber energi listrik bagi masyarakat Indonesia.
"Programnya sudah makin baik, alatnya sudah semakin akurat. Jadi kita ini sekarang sudah masuk ke masa bahwa tidak ada lagi hal-hal yang kira-kira menantang untuk pemanfaatan EBT di dalam negeri.”
Namun demikian, Dadan menegaskan pemerintah tidak ingin Indonesia hanya menjadi tempat investasi untuk memasang pembangkit angin maupun surya, tetapi juga sebagai produsen alat dan komponennya.
“Ini yang sedang dicari cara yang terbaik, mana sebetulnya yang harus didahulukan," tutur Dadan.
(wdh)