Bloomberg Technoz, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat adanya komitmen pembiayaan energi terbarukan senilai US$83,76 miliar atau setara Rp1,3 kuadriliun setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP28.
Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta W. Kamdani mengatakan, bantuan pendanaan diperuntukkan pembiayaan energi terbarukan sebesar US$5 miliar; sektor pangan US$3,1 miliar; dan US$2,7 miliar untuk sektor kesehatan, serta selebihnya untuk sektor lain.
“Tentunya ini bisa menjadi peluang bagi sektor usaha melalui peningkatan investasi hijau,” ujar Shinta, Jumat (15/12/2023).
Komitmen pembiayaan itu, kata Shinta, tentu perlu diimplementasikan untuk mendukung proyek-proyek berkelanjutan. Namun, selama ini banyak komitmen yang belum diwujudkan dan diterima oleh Indonesia.
Berdasarkan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) World Investment Report 2023, sebagian besar investasi dalam energi terbarukan mengalir ke negara-negara maju. Bahkan, sekitar tiga perempat dari semua pembiayaan investasi internasional dalam energi terbarukan pada 2022 mengalir ke Eropa.
Sementara itu, negara-negara berkembang hanya menciptakan peningkatan proyek energi terbarukan sebesar 1% setiap tahun sejak 2015.
Padahal, kata Shinta, berdasarkan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) 2023, negara-negara berkembang memerlukan setidaknya US$6 triliun investasi energi terbarukan pada 2030 untuk memenuhi kurang dari separuh NDC.
Ketua Kadin Net Zero Hub, Dharsono Hartono pun mengatakan, jika biaya yang dibutuhkan untuk mencapai transisi energi hijau memang besar.
“Tugas kita sekarang adalah melakukan follow-up dengan adanya komitmen dana yang akan digelontorkan untuk kepentingan Indonesia yang lebih baik di masa mendatang,” kata dia.
(dov/frg)